Musim Hujan, Berkah Bagi Pedagang Camilan: Gorengan Laris Manis!
Musim hujan membawa berkah bagi pedagang camilan karena banyak orang yang 'nggerami' atau ngemil. Mereka mencari makanan ringan untuk pendamping minum kopi. Di antara camilan yang banyak diburu adalah singkong goreng, ubi goreng, ote-lote, pisang goreng dan tape goreng.
Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memandang ini sebagai sebuah peluang untuk menggenjot omzet usahanya. Beberapa pedagang gorengan menuturkan sejak memasuki musim hujan awal Desember 2023 omzet penjualannya naik hingga tiga kali lipat.
"Alhamdulillah hujan berkah. Banyak yang beli camilan sampai menggorengnya kewalahan," ujar Sutarno, salah seorang pedagang jajanan tradisional di Jalan Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Pria asal Boyolali Jawa Tengah ini spesialis berjualan gorengan. Camilan tersebut disajikan dalam keadaan masih panas, karena baru diangkat dari tempat penggorengan.
"Baru masuk penggorengan sudah ada yang mesan," ujar Tarno panggilan akrab Sutarno.
Berbeda dengan sebelum musim hujan, pembelinya sepi, meskipun ada, tapi tak seramai saat musim hujan seperti sekarang. Apalgi roda perekonomian berangsur-angsur pulih setelah terganggu akibat pandemi Covid-19. Kala Covid-19, orang tidak mau beli jajan sembarangan.
Menjadi pedagang camilan sudah dijalani selama 16 tahun oleh Sutarno. Sejak belum punya momongan sampai beranak dua.
"Mungkin ini jalur rezeki saya, dinikmati saja," katanya sambil menggoreng ubi yang sudah ditunggui pelanggannya.
Setiap potong gorengan Tarno dibanderol Rp1.500
Tarno bukan satu tumya pedagang camilan, di daerah Kebayoran ini. Jumlahnya belasan, mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. Ada yang dari Cirebon, Kuningan, Indramyu, Jawa Barat. Banyaknya penjual gorengan di daerah Kebayoran ini memunculkan persaingan sesama pedagang.
Untuk memenangkan persaingan tersebut, Tarno menggunakan strategi jitu. Ukuran singkong, ubi dan bakwannya dibuat lebih lebih menarik. Selain soal ukuran Tarno juga pasang strategi soal rasa. Singkomg dan ubi hasil gorengan Tarno sebelumnya direndam dalam adonan berbahan rempah-rempah yang dirahasiakan. Tak heran jika kemudian ada rasa yang beda di gorengan Tarno.
Trik ini dikatakan berhasil menggaet pembeli cukup banyak. "Yang diinginkan pembeli itu sederhana, rasanya gurih dan murah meriah, kalau keinginan itu bisa dipenuhi, pembeli pasti datang berduyun-duyun," katanya.
Meskipun kelasnya hanya pedagang gorengan, tapi Tarno juga memperhatikan perkembangan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Cuaca bagi Tarno menjadi bagian yang penting untuk menentukan jualannya. Kalau diprediksi hujan akan turun, maka dagangannya akan diperbanyak. Sebaliknya, kalau cuaca cerah atau panas, volumenya dikurangi.
Gorengan itu cocok kalau dinikmati pada sore hari sambil ngopi, apalagi di hawa dingin setelah duguyur hujan.
"Nggak tahu ya, kalau hujan maunya ngemil melulu. Anak-anak sukanya singkong dan pisang goreng. Kalau saya, singkong dan jagung rebus," ujar seorang pembeli sambil masuk ke mobilnya.
Selain gorengan camilan rebus seperti singkong, ubi, pisang dan jagung rebus juga menjadi buruan masyarakat Jakarta. Omzet para pedagan rebusan itu juga naik di musim hujan, meskipun kenaikannya tidak sebesar gorengan.
"Saya sengaja pilih rebusan untuk menghindari goreng-gorengan untuk mengurangi kolesterol," ujar seorang ibu yang baru saja memborong singkong rebus untuk keluarga di rumah.
Advertisement