Musigol Pemain Asli Kediri Antar Persik Juara Liga 2 Kali
Musikan punya postur tubuh tinggi besar. Namun meski tinggi besar, dia punya kecepatan saat berlari. Dia juga lihai dalam menempatkan posisi. Tak heran jika dia kemudian menjadi salah satu pemain depan yang berbahaya dan disegani oleh pemain belakang tim lawan pada masanya. Karena kepiawaiannya dalam mencetak gol, pria kelahiran tahun 1977 tersebut diberi julukan oleh suporter dengan nama Musigol.
Ditemui di ruang kerjanya di Kantor Dinas Pekerjaan Umum, staf bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri ini, menceritakan pengalamannya sebagai pemain bola saat memperkuat Persedikab maupun Persik Kediri.
Karier profesional sepak bolanya dimulai saat memperkuat Persedikab Kediri sejak tahun 1996 hingga 2001.
Ketika memperkuat klub kebanggaan warga kabupaten tersebut Musikan ikut merasakan jatuh bangun bersama tim.
"Karier saya bersama Persedikab sejak 1995-2021 Liga Bank Mandiri. Selama di Persedikab alhamdulilah selalu top skor.
Selain itu tim ini juga pernah promosi dan terdegradasi, jadi semuanya pernah saya alami baik suka maupun duka," katanya.
Semenjak Persedikab turun kasta terdegradasi ke divisi 1 pada tahun 2002, Musikan kemudian mendapat tawaran diajak bergabung bersama Persik Kediri.
"Waktu itu saya yang ngajak Mas Iwan (manajer Persik). Dan alhamdulilah, selama memperkuat Persik saya ikut merasakan juara liga sebanyak 2 kali,2003-2006," ucapnya bersyukur.
Sejak bergabung bersama Persik Kediri, Musikan pernah merasakan digembleng oleh sejumlah pelatih berkualitas di liga Indonesia. Mulai dari Jaya Hartono, Fredy Mully hingga Daniel Roekito.
.
Di musim pertamanya bersama Persik Kediri di Liga Indonesia 2002-2003, duet Musikan dan pemain import asal Nigeria Bamidele Frank Bob Manuel menghasilkan total torehan 49 gol. Selain itu ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Di bawah asuhan Jaya Hartono, Persik Kediri merasakan pertama kali menjadi kampiun Liga Indonesia.
"Saat itu yang saya rasakan semangat kekeluargaan dan kebersamaan sangat kuat sekali. Baik dari manajemen, pemain maupun andil dari suporter Persik Mania yang sangat antusias mendukung kami, di mana pun kita bermain," katanya.
Musikan sendiri tidak menyangka jika saat itu dirinya, ikut berkontribusi mengantarkan Persik Kediri juara liga. Ia menilai awalnya sebagai tim baru promosi di Divisi Utama, Persik Kediri sempat dipandang sebelah mata oleh kontestan lainya.
Hal ini dapat ia maklumi, mengingat persaingan di liga waktu itu berlangsung ketat. Apalagi klub besar saat itu begitu mendominasi. Uniknya meski penampilannya moncer di liga, Musikan mengaku tidak pernah mendapat panggilan bergabung bersama Timnas PSSI.
Selepas tak lagi dinakhodai duet H Maschut dan Iwan Budianto, lambat laun prestasi Persik Kediri saat itu mulai jeblok. Apalagi Persik telah dijatuhi hukuman sanksi oleh PSSI turun ke liga 3 karena persoalan krisis finansial yang dihadapi ketika itu.
Setelah itu Musikan kemudian memutuskan untuk hengkang bergabung bersama Semen Padang.
"Sebelumnya saya pernah dipinjam Petrokimia Putra tampil di Piala Ho Chi Minh. Kemudian tahun 2008-2009 saya bergabung bersama Semen Padang. Karena ada aturan jika ASN tidak boleh meninggalkan pekerjaan, akhirnya saya balik ikut kursus kepelatihan," ujarnya.
Ilmu kepelatihan lisensi B yang didapat kemudian dipergunakan untuk membantu menukangi Persik Kediri sebagai asisten.
Advertisement