Museum Surabaya Kembali Dibuka, Riwayat Kota dari Masa Kerajaan hingga Modern
Surabaya dikenal sebagai kota perjuangan, kota sejarah, dan kota pahlawan. Kehadiran museum yang dapat merangkum setiap jengkal perjalanan Kota Surabaya, yang masih berdiri tegak pada usia 731 tahun sepatutnya sudah hadir untuk dapat mengedukasi masyarakat, khususnya para generasi muda.
Hari ini, Walikota Surabaya Eri Cahyadi telah meresmikan kembali Museum Surabaya, yang telah berganti lanskap dan suasananya, yang terletak di Lantai 1 Gedung Mal Pelayanan Publik, Gedung Siola, Jalan Tunjungan.
Perlu diketahui, Museum Surabaya sebelumnya telah menjalani proses revitalisasi atau peremajaan, setelah dibuka pertama kali oleh Walikota Surabaya 2015-2020 Tri Rismaharini, setelah Gedung Siola diterima kembali oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Eri Cahyadi memang terlihat sedang gencar-gencarnya untuk melakukan banyak inovasi untuk memoles Kota Surabaya, dengan berbagai kebijakan terkait sejarah dan pariwisata.
Seperti diketahui sebelumnya, Eri Cahyadi menginisiasi adanya Kawasan Kota Lama Surabaya, yang terbagi atas empat zona yang berbeda, yakni Pecinan, Eropa, Arab, dan Melayu dan peremajaan wisata dan museum bersejarah, seperti Rumah HOS Tjokroaminoto dan Rumah Kelahiran Presiden Sukarno di kawasan Peneleh.
Terlihat saat pembukaan kembali Museum Surabaya hari ini, banyak siswa-siswi SD dan SMP datang untuk menghadiri acara pembukaan kembali Museum Surabaya. Kehadiran mereka dianggap sebagai angin segar karena minimnya ketertarikan generasi muda dengan sejarah di masa sekarang.
Setelah prosesi pemotongan pita dan potong tumpeng sebagai bentuk ungkapan syukur, Eri Cahyadi mengajak mereka untuk menyusuri setiap sisi dari Museum Surabaya yang terlihat modern dan mewah walaupun memajang benda-benda dan penjelasan bernilai historis.
"Ini wajah baru dari Museum Surabaya, di sini bercerita tentang terbentuknya Kota Surabaya, mulai dari zaman kerajaan hingga terbentuklah Surabaya, sejak zaman kolonial penjajahan, lalu masa proklamasi setelah kemerdekaan sampai dengan saat ini," ungkapnya, setelah mengelilingi Museum Surabaya.
Selain menghadirkan sejarah Kota Surabaya dalam babakan waktu atau periodisasi, museum tersebut juga menyajikan transformasi Surabaya di menjadi kota pelabuhan, sejarah sistem telekomunikasi hingga pemerintahan, transportasi, ekonomi dan mata uang, hingga sosio dan kultur budaya Surabaya, yang terkenal beragam.
Selain menampilkan sejarah dan perkembangan Kota Surabaya dari masa ke masa, Museum Surabaya juga menyajikan potret Walikota Surabaya sejak zaman Kolonial Hindia-Belanda hingga masa sesudah Reformasi, beserta dengan profil dan prestasinya masing-masing.
Menarik, potret dan profil Walikota Surabaya sempat hilang beberapa tahun silam dikarenakan afiliasinya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Dr. Satrio dan Moerachman, S.H juga turut ditampilkan.
"Di sini dikenalkan juga Walikota yang memimpin Surabaya dari masa ke masa. Dari museum ini, kita akan belajar tentang kebijakan dan tata kelola kota dari setiap sosok yang pernah menjadi pemimpin Surabaya," ungkap Eri Cahyadi.
Tak hanya penghargaan kepada segenap tokoh yang pernah menjadi orang nomor satu di Surabaya, terdapat pula karikatur lengkap para seniman yang telah membesarkan nama Kota Surabaya, seperti pelantun tembang "Gebyar-Gebyar" Gombloh, legenda Ludruk Cak Kartolo, band perempuan legendaris Dara Puspita, The Gembell's, dan musisi yang tenar di masa modern, seperti Dewa, Boomerang, Padi, dan Andromeda.
"Di sini terpampang sosok Gombloh, yang membesarkan nama Surabaya, dan nama-nama musisi Surabaya yang sudah terkenal hingga ke luar negeri,” ujar Eri Cahyadi.
Saat ditemui Ngopibareng.id di Museum Surabaya, putra tunggal alm. Gombloh Remi Wicaksono menyampaikan rasa terima kasih dan bangganya kepada Eri Cahyadi beserta jajaran Pemkot Surabaya atas perhatiannya kepada para seniman dan musisi asal Surabaya, salah satunya adalah sang ayah, pelantun tembang "Apel" tersebut.
“Ini menjadi kebanggan tersendiri bagi kami keluarga besar karena nama Gombloh terus diingat dan diapresiasi, sampai diletakkan di Museum Surabaya. Pak Wali bilang ini agar anak-anak muda bisa mengenal karya-karya Gombloh,” ujar Remi Wicaksono.
Menurutnya, Museum Surabaya telah sukses untuk dirombak seluruhnya oleh pemerintah kota. Lewat museum yang memiliki konsep seperti galeri ini, ia percaya bahwa anak-anak Kota Pahlawan semakin rajin untuk berkunjung ke Museum Surabaya.
“Museum ini sangat keren, sangat kekinian. Selain menjadi sarana edukasi, banyak juga titik di museum yang menjadi spot-spot foto menarik,” pungkasnya.