Museum Penanggungan Ubaya Pakai Teknologi Augmented Reality
Cara yang berbeda dipilih Universitas Surabaya (Ubaya) dalam memperkenalkan kekayaan alam Nusantara, yakni Gunung Penanggungan. Salah satu gunung yang berada di Jawa Timur ini dikenalkan lewat museum konvesional dan digital berbentuk augmented reality.
Penataan ulang museum Ubaya Penanggungan Center (UPC) dan ekspedisi pada situs bersejarah di Lereng Gunung Penanggungan merupakan bagian dari pelaksanaan program Matching Fund 2021 yang berjudul “Museum Peninggalan Budaya, Berbasis Pendidikan di Integrated Outdoor Campus (IOC) UBAYA Trawas”.
Program ini adalah bentuk sinergi antara pihaknya dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) guna mengatasi permasalahan berkelanjutan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat khususnya dalam menjaga kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Lereng Gunung Penanggungan di Jawa Timur menyimpan ratusan bangunan kuno dan gua pertapaan. Hal itu menjadikannya sebagai lokasi warisan budaya terkaya yang terkonsentrasi di satu area peninggalan arkeologi dari masa lalu. Namun, aset budaya yang berharga tersebut belum mendapat perhatian layak karena dokumentasi yang tidak memadai.
Keutuhan situs selalu berubah seiring berjalannya waktu dan tidak sedikit warisan budaya yang ditemukan semakin rusak oleh alam atau ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
IOC Ubaya yang berlokasi di Kaki Gunung Penanggungan merasa bertanggung jawab secara moral dan sosial untuk berkontribusi melestarikan situs peninggalan budaya di Gunung Penanggungan.
"Kami khawatir beberapa puluh tahun ke depan situs semakin tidak berbentuk bahkan hilang, sehingga perlu diabadikan melalui dokumentasi foto, video dan replika artefak yang ditempatkan di Museum UBAYA Penanggungan Center (UPC),” jelas Prof Joniarto Parung, selaku Direktur IOC Ubaya, Senin, 29 November 2021.
Pria yang kerab disapa Prof. Joni tersebut menyampaikan UPC akan menjadi penyedia dokumentasi, pusat informasi dan pemantik awal bagi mahasiswa, dosen, peneliti, penggiat budaya dan masyarakat yang ingin belajar kearifan lokal masa lalu.
Pengunjung juga dapat melihat peninggalan sejarah dari kejayaan budaya bangsa di Gunung Penanggungan. Oleh karena itu, museum UPC ditata ulang dengan melakukan ekspedisi menuju situs penting.
Hasil dokumentasi foto dan video yang didapat saat ekspedisi ditampilkan dengan format museum konvensional maupun digital dalam bentuk augmented reality. Dengan adanya museum digital, masyarakat dapat melihat situs bersejarah di Gunung Penanggungan dari mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Pengunjung di museum juga bisa mendapatkan informasi di setiap situs dengan teknologi augmented reality.
Sesuai dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), pelaksanaan kegiatan ini melibatkan dosen atau tim peneliti dan mahasiswa dari lintas disiplin ilmu. Tim program Matching Fund 2021 ini yaitu manajemen IOC Ubaya, dosen Program Studi (Prodi) Teknik Informatika Ubaya dan Prodi Teknik Industri Ubaya, konsultan sejarah yaitu Nigel Bullough serta Museum Gubug Wayang dari DUDI.
Kegiatan ini juga mengikutsertakan mahasiswa dari Prodi Teknik Informatika, Prodi Teknik Industri dan Fakultas Industri Kreatif Ubaya. Tidak hanya itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Surabaya (Mapaus) juga ikut dalam tim ekspedisi.
Sebelumnya, tim ekspedisi yang terdiri dari UKM Mapaus dan juru pelihara telah menaiki Gunung Penanggungan menuju situs peninggalan yang ditargetkan. Selain melakukan dokumentasi, mereka berinisiatif untuk membersihkan, mengumpulkan sampah plastik dan membuat konten yang memotivasi generasi muda agar lebih peduli dengan warisan budaya bangsa.
"Sedangkan dosen dan mahasiswa Prodi Teknik Informatika akan mempersiapkan museum digital serta teknologi augmented reality. Di sisi lain, dosen dan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif akan bertugas mendesain tata letak ruangan serta interior museum UPC," jelas Prof Joni.
Lanjutnya, dosen dan mahasiswa Prodi Teknik Industri Ubaya akan menyusun alur pengunjung, mempersiapkan mahasiswa menjadi pemandu wisata dan mendesain marketing museum.
Di samping itu, Museum Gubug Wayang sebagai DUDI akan menjadi konsultan pengelolaan museum, berkontribusi dalam penyediaan dan mengumpulkan artefak yang ditemukan masyarakat untuk ditempatkan di museum UPC. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung sejak Agustus sampai Desember 2021.
Prof. Joni selaku Ketua Pengusul Program berharap masyarakat dan pemerintah secara sadar bahu membahu memelihara peninggalan sejarah yang ada. Berawal dari rasa peduli dan keinginan untuk melestarikan peninggalan budaya, Ubaya bersama Museum Gubug Wayang saling bersinergi membawa situs dari Gunung Penanggungan untuk diabadikan melalui foto dan video di UPC.
“Ini adalah upaya cerdas Kemendikbud Ristek untuk mendekatkan DUDI dan Perguruan Tinggi untuk bersama-sama meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia, khususnya generasi muda," pungkasnya.
Advertisement