Mungkinkah Ramuan Dukun Panoramic Jatuh ke Kroasia?
Saya curiga permainan Kroasia saat mempermalukan Inggris di semi final Piala Dunia. Mungkinkah ramuan dukun Panoramic yang membuat orang seperti Asterix sekti mondroguno (sakti dan kebal) jatuh ke tangan tim yang dikomandani Luka Modric?
Panoramic adalah dukun sakti dalam komic berlatar belakang Perancis dengan tokoh sentral Asterix. Pria kecil yang hidup di kampung Galia bersama pria gendut dan pemalas Obelix itu selalu digdaya menghadapi musuh-musuhnya yang lebih besar karena ramuan dukun tersebut. Akibatnya, dusun kecil itu menjadi satu-satunya wilayah yang tidak berhasil dikuasai Julius Caesar sang penguasa Romawi.
Kroasia adalah negara kecil yang timnasnya mencuat begitu rupa. Sejak babak penyisihan, ia berhasil menyingkirkan timnas negara-negara besar. Kroasia tak terkalahkan dalam 6 pertandingan Piala Dunia. Empat kemenangan, 2 imbang dalam waktu normal. Diantara empat kemenangan itu diperoleh lewat adu pinalti dan perpanjangan waktu.
Ia permalukan tuan rumah lewat adu pinalti di 8 besar. Kroasia juga kalahkan Denmark lewat adu pinalti di penyisihan group. Jadilah, Kroasia sebagai satu-satunya yang menang lewat adu pinalti secara berturut-turut di Piala Dunia.
Tadinya, banyak pihak menduga keberuntungan Kroasia akan berakhir saat menghadapi Three Lions di semi final. Eh, ternyata Inggris yang dalam gelaran kali ini tampil dengan squad yang relatif ideal dikalahkan dalam perpanjangan waktu. Maka muncullah meme lucu seokor kucing membunuh singa. Aneh kan?
Laju Kraosia menuju final semakin mengesankan dengan kecantikan Kolinda Grabar-Kitarović. Pemimpin perempuan yang cantik itu pun menyedot perhatian publik setiap Kroasia berlaga. "Kalau saya jadi pemain Kroasia, pasti bersemangat didampingi presiden yang cantik seperti itu," kata fans dari Indonesia dalam status medsosnya.
Kalau saja Perdana Menteri Inggris Theresa May ikut menyaksikan di Stadion Luzhniki, Moskow, pasti akan lebih menarik jadinya. Perhatian publik akan terpecah. Tak hanya ke pertandingan. Tapi juga ke kedua pemimpin pemerintahan perempuan kedua negara. Lantas akan ada yang membandingkan kecantikannya, busananya, dan tingkah polahnya saat mendukung kesebelasan negaranya.
Kroasia lebih beruntung. Keberuntungan, kengototan, dan totalitas dukungan dari presidennya tampaknya menjadikan Kroasia tampil mengesankan setiap laga. Inggris yang menjadi kiblat sepakbola dunia karena kompetisinya paling tertata menjadi kalah wibawa. Harry Kane tampak tak bertaji. Delle Ali terlihat frustasi. Sterling berkali-kali hanya bisa mengerling.
Gol di awal yang diciptakan Inggris tak berhasil menggelorakan semangat. Mungkin gol itu bukanlah hasil permainan. Itu sekadar keberuntungan dapat hadiah pinalti yang sukses membobol gawang Danijel Subašić. Kesalahan pemain Kroasia di dekat kotak pinalti berhasil dimanfaatkan Kane dan kawan-kawan.
Sebetulnya, Inggris bisa bermain cantik meski secara keseluruhan ball possession dimenangkan Kroasia. Berbagai serangan ke pertahanan Mandzukic --orang Indonesia memanggilnya Masduki-- sempat membahayakan gawang Subašić. Namun, Dewi Fortuna kayaknya tak memihak ke Inggris. Sampai 120 menit pertandingan tak ada tambahan gol untuk mereka.
Kemenangan Kroasia atas Inggris di semi final ini pun merambah ke dunia politik di Indonesia. Banyak yang menghubungkan ini eranya ganti juara. Tentu, ini merujuk kepada gerakan untuk ganti presiden di Pilpres 2019. Ia menjadi asa baru. Menjadi pengharapan baru bagi mereka yang sekarang sedang oposisi. Mereka yang menginginkan tokohnya menjadi presiden menggantikan Jokowi.
Karena itu, asa tak hanya cukup sampai di sini. Mereka juga berharap Kroasia tak hanya diiringi Dewi Fortuna sampai semi final. Pencapaian kesebalasan negeri itu yang pernah didapat dalam Piala Dunia 1998. Saat itu, ia dikalahkan Perancis di laga sebelum final. Kali ini, Kroasia harus bertemu seterunya di tahun 1998 itu di laga puncak.
Rasanya, sepanjang Kroasia tidak berhasil mencuri ramuan dukun Panoramic yang menjadi jimatnya Asterix, Perancis masih lebih diunggulkan untuk menjadi juara. Namun, bisa saja, Panoramic salah memberikan ramuannya. Bukan diberikan ke kesebelasan Perancis, tapi ke Kroasia yang kebetulan nama-nama pemainnya menyerupai Asterix-Obelix.
Bisakah Kroasia membalas dendam atas kekalahannya di semi final Piala Dunia 1998 lalu dalam laga puncak Piala Dunia Rusia? Entahlah. Kalau lihat dari materi pemain, Perancis lebih diunggulkan. Mereka memiliki para pemain muda yang bisa lari bak kuda binal. Pasti akan menyulitkan pertahanan kesbelasan Ivan Racitic ini.
Rasanya, sepanjang Kroasia tidak berhasil mencuri ramuan dukun Panoramic yang menjadi jimatnya Asterix, Perancis masih lebih diunggulkan untuk menjadi juara. Namun, bisa saja, Panoramic salah memberikan ramuannya. Bukan diberikan ke kesebelasan Perancis, tapi ke Kroasia yang kebetulan nama-nama pemainnya menyerupai Asterix-Obelix.
Yang saya tunggu dari Final Piala dunia kali bukan lagi siapa juaranya. Tapi bagaimana tingkah Presiden Kroasia yang cantik dan Presiden Perancis Emmanuel Marcon yang ganteng dan muda. Kalau keduanya sama-sama menyaksikan laga final, pasti akan menyedot perhatian. *)
*) Arif Afandi adalah CEO dan Founder Ngopibareng.id dan mantan Ketua Umum Persebaya.
Advertisement