Mungkin Pak Jokowi Lupa
Oleh: Erros Djarot
Mungkin sekali Pak Jokowi sudah lupa, mengapa rakyat begitu mengelu-elukan beliau sebagai Calon Presiden pada Pemilu Presiden 2014. Alasan utama yang paling membuat rakyat begitu terpikat, karena sebagai Calon Presiden Jokowi tampil begitu sederhana, mengesankan figur yang bersih, jujur, dan apa adanya.
Saat itu, rakyat sudah jenuh dengan penampilan figur pemimpin yang serba ‘jaim’, kaya akan politiking, dan terkesan mempunyai minat tinggi memberi akses keluarga bermain di wilayah ekonomi. Itulah sebabnya mengapa rakyat merindukan figur yang merakyat, bersih, dan tampil apa adanya. Kehadiran Jokowi pada Pilpres 2014 sangat memenuhi impian rakyat akan hadirnya seorang pemimpin yang jauh dari kesan berkemampuan melakukan korupsi lewat jabatan dan kekuasaan yang dimiliki. Seorang pemimpin pro rakyat yang merakyat.
Sayangnya, belakangan ini, citra yang begitu indah dan ideal tentang diri Jokowi sebagai pemimpin harapan, telah mengalami distorsi oleh sejumlah peristiwa yang membuat rakyat mulai goyah. Beberapa hal negatif telah dilekatkan pada diri Jokowi. Walau sejumlah isu negatif merupakan hoax, tentu ada satu dua peristiwa yang perlu secara serius dievaluasi. Tentunya dengan penyikapan yang berpijak pada pepatah.."Mana ada asap tanpa ada percikan api..!”
Kalau toh ada yang melakukan pembelaan bahwa mereka yang berada di lingkaran kekuasaan ring satu Jokowi lah yang bermain, tetap saja Jokowi sebagai sentral figur merupakan subyek utama kekuasaan. Lebih parah lagi bila ada pembelaan terhadap serangan para oposan dengan mengatakan... Presiden tidak tahu menahu soal itu, sungguh sangat disayangkan. Karena justru terkesan presiden lolak-lolok dan mudah dikibuli pembantunya.
Peristiwa paling mutakhir yang sangat memprihatinkan terjadi saat digelar pilkada serentak yang berlangsung baru-baru ini. Berita bahwa sangat kuat indikasinya bahwa presiden turut bermain dalam pilkada, telah menyebar begitu luas. Bahkan isu yang mengagetkan adalah gerakan politik Istana yang sengaja merancang penggembosan PDIP dengan cara menggagalkan jagoan PDIP yang berlaga di arena pilkada.
Yang paling kentara dan menyolok adalah pilkada yang berlangsung di Jawa Timur. Saat PDIP menurunkan jagonya, pasangan Gus Ipul dan Puti Guntur Sukarno Putri, Jokowi sengaja dan tetap menurunkan Khofifah sebagai pesaing. Keterlibatan Jokowi ini dikonfirmasi oleh Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, dan belakangan tersiar kabar bahwa Oesman Sapta, bos Hanura, juga turut mengamininya.
Ketika fihak istana melakukan klarifikasi lewat Pramono Anung, Menteri Sekab, yang menepis pernyataan Airlangga sebagai pernyataan yang tidak benar, rakyat jadi bertanya-tanya; siapa yang berbohong? Apa iya seorang Ketua Umum Golkar yang juga pembantu presiden, berani membuat pernyataan yang begitu dahsyat mencatut nama presiden? Lalu, siapa yang bisa dipegang omongannya?
Itulah sebabnya banyak yang kemudian berkeluh kesah.."Apa iya Jokowi setega itu menggembosi PDIP?" Apalagi semata hanya untuk tujuan memperkuat posisi bargaining-nya dengan Bu Mega. Soal cawapres tentunya. Tapi, bukankah PDIP adalah partai yang membesarkan dan memberinya kepercayaan untuk maju lewat pintu PDIP sebagai Capres di 2014? Apa mungkin seorang yang begitu santun dan berpenampilan sederhana apa adanya, melakukan perbuatan yang layaknya dilakukan oleh seorang preman politik? Tentu saja mayoritas masyarakat sulit untuk mempercayainya.
Namun, masalahnya ada referensi yang justru belakangan mulai ditekuni rakyat untuk mengkaji seberapa jauh kebenaran yang dilansir pihak oposan. Isu yang paling menonjol adalah peristiwa pembanding dimana Jokowi, menurut kubu Gerindra, pernah melakukan ‘politik tikam dari belakang’ terhadap partai Gerindra yang menjadi pendukung berat, dan sebagai penyandang dana pada saat Jokowi maju mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI. Pemaparan yang dilakukan oleh petinggi Gerindra ini disertai beberapa bukti nyata yang sulit untuk dibantah. Hal mana terkait dengan peristiwa Pilpres 2014 yang dirasakan oleh para petinggi Gerindra sebagai penghianatan tak terlupakan, walau telah lama dimaafkan.
Semoga pil pahit yang pernah ditelan Gerindra, tidak akan pernah terjadi pada diri PDIP. Semoga juga segala berita negatif tidak benar adanya! Rakyat menunggu penjelasan presiden langsung akan semua ini. Agar rakyat yang memberi Jokowi kepercayaan sebagai Presidennya rakyat Indonesia, bertambah kepercayaannya untuk memberinya kesempatan untuk kembali memimpin negeri ini pada periode 2019-2024. Semoga saja! Semoga pula tidak ada dusta di antara kita! Dan semoga juga, Pak Jokowi tidak lupa!
*Erros Djarot - Dikutip sepenuhnya dari laman Watyutink.com