Mundus Kafe, Alternatif Ngopi Nyepi di Lamongan
Kafe di Lamongan banyak. Tetapi, yang sepi hanya bisa dihitung dengan jari. Dan, kafe sepi di lokasi yang jauh dari keramaian lagi dicari.
Alasannya, bosan dengan suasana ramai pengunjung dan tidak tahan suara bising dari kendaraan lalu lalang. Karena, kebanyakan kafe berlokasi di tepi jalan raya.
Hanya, dari berbagai alasan itu, kenikmatan rasa kopi tetap menjadi prioritas pengunjung. Apalagi, didukung keramahan lingkungan. Antara pembeli dan penyeduh bisa berinteraksi. Contoh, antara barista dan pengunjung yang saling tidak segan bertanya dan memberi pelajaran cara meracik kopi.
Itulah konsep Hamami Rafif, pemilik Mundus Kafe yang ada di sebuah gang sempit bernama Gang Kamboja Jalan Veteran, Lamongan. Usaha nekat ini berada di sebuah bangunan yang tidak besar menuju persawahan.
"Alhamdulillah, ternyata juga jalan. Siapa pun orang yang ke sini tujuannya yang pasti ingin menikmati sensasi rasa kopi yang sebenarnya," katanya, Kamis, 9 Februari 2023.
Hamami mengatakan demikian, karena sajian kopi yang dijual beda dengan yang ada di kebanyakan kafe atau warkop di Lamongan. Karena ada banyak kopi, mulai arabicia, capucino dan coffelate.
Belum lagi kopi eksotis asal Columbia, Eutopia, Panama dan beberapa negara lainnya. Tentu harganya pun jauh dibanding warkop biasa., antara 10-25 ribu rupiah. Bahkan, ada yang Rp 50 ribu.
"Tapi, bukan soal harga, kebanyakan orang yang datang memang butuh sensasi rasa kopi, rasa nyaman dan tenang. Itu juga yang menjadi inspirasi saya. Kapan lagi ada kopi shop yang tidak bising," imbuh sarjana sastra Bahasa Indonesia Universitas Brawijaya Malang ini.
Memang, keberadaan kafe atau warkop di Lamongan begitu banyak. Semua ramai. Setiap hari selalu dipadati pengunjung. Dan, buka 24 jam. Lokasinya kebanyakan di tepi jalan raya yang ramai lalu lintas kendaraan.
Kalaupun pengunjung dikatakan benar membutuhkan suasana nyaman dan tenang salah satunya dibuktikan dengan pengunjung yang datang, dan kebetulan dari luar kota. Mereka tidak memilih ramai, tapi yang sepi.
Sedang Mundus Kafe ini buka mulai jam 14.00-22.00.WIB. Dilayani oleh seorang barista dan bagian dapur Selomita, mahasiswi fakultas teknik Unisla Lamongan.
"Ada dari Gresik, Surabaya bahkan Pontianak ketika dia sedang berkunjung ke rumah saudaranya. Dia mengaku senang yang tidak bising," kata Hamami, yang asli Desa Keputran, Kecamatan Deket.
Tidak hanya sekedar bisnis. Ternyata Mundus Kafe ini beritikad memberikan edukasi tentang racikan kopi dan bagaimana menjadi barista. Di antaranya, menggelar lomba kreativitas meracik kopi.
Rupanya banyak mengundang peminat. Belasan barista pun adu kepiawaian menggunakan alat modern. Kepiawaian barista diuji dari bagaimana cara meracik kopi manual dengan metode V-60, cara menyeduh, hingga rasa atau after test yang ditinggalkan kopi.
Lomba ini diharapkan memunculkan inovasi yang dilakukan pecinta kopi oleh kalangan milenial, sehingga bisa mandiri dalam kehidupannya.
"Karena barista menurut saya memiliki potensi masa depan yang bagus. Jika muncul barista lokal, tentu akan berkembang bisa berbicara di event regional, nasional, bahkan Internasional," ujar Sandy Bahtiar, juri lomba yang didatangkan dari Gresik.
Intinya, sambung Hamami, lomba barista ini diharapkan bisa menjadi pemahaman bagaimana nanti kalau bertemu kopi seperti yang didapatkan dari lomba. Karena, dari lomba ini peserta sudah paham mengapa orang memilih kopi.
"Salah satu di antaranya bahwa ngopi pun perlu kopi yang sehat," pungkasnya.
Advertisement