Muncul Desakan Kepemimpinan DKJT Mendatang Berbentuk Presidium
Dalam Musda DKJT (Dewan Kesenian Jawa Timur) yang hari Selasa malam dibuka di Hotel Luminor Sidoarjo, muncul desakan agar kepemimpinan DKJT yang akan datang berbentuk presidium atau kolektif kolegial.
Kelompok yang mengatas-namakan Forkom (Forum Komunikasi) Dewan Kesenian Kabupaten/Kota telah mendapatkan 23 tandatangan dari peserta musda, dari 28 peserta yang tercatat panitia. Desakan itu nampaknya akan terus digulirkan hingga agenda pemilihan ketua yang diperkirakan akan berlangsung alot.
Dalam release yang dipersiapkan, sebelumnya Forkom menyatakan Musda V DKJT tidak sah karena kepanitiaan Musda dilaksanakan oleh pengurus DKJT yang secara hukum telah demisioner sejak 26 Maret lalu.
“Implikasinya jika Musda ini dilaksanakan oleh panitia yang tidak sah, maka hasilnyapun juga tidak sah dengan kata lain batal demi hukum,” demikian pernyataan yang dialmpiri tandatangan 23 peserta Musda.
Tetapi Forkom juga mengajukan solusi, yaitu mengakui kepanitian apabila ada perubahan bentuk kepemimpinan. “Meski demikian, Forkom Dewan Kesenian se Jatim masih akomodatif apabila penyelenggaraan Forum Musda V DKJT masih mengakomodir pokok-pokok pikiran tentang perubhan struktur kepemimpinan menjadi kolektif kolegial atau Presidium,” lanjut pernyataan Forkom.
Chrisman Hadi, Ketua Dewan Kesenian Surabaya yang menjadi salah satu motor Forkom mengakui bahwa solusi dengan mengubah bentuk kepemimpinan tunggal menjadi kolektiaf kolegial ini adalah jalan tengah yang sebaiknya diambil.
“Selama 4 tahun kami melihat kepemimpinan Taufik Monyong sangat dominan, menganggap DKJT ini adalah organisasi miliknya sendiri. Dominasi Taufik itu tidak boleh terulang pada kepemimpinan DKJT mendatang. Karena itu bentuk kepemimpinan harus diubah menjadi presidium, untuk menghindari dominasi ketua sebagaimana yang dilakukan Taufik Monyong,” kata Chrisman Hadi, didampingi Eko Suwargono, Ketua Dewan Kesenian Jember.
Menjawab gagasan presidium, Taufik Hidayat atau Taufik Monyong mengatakan diririnya tidak tahu apa yang dimaksud dengan presidium.
“Ini saya tidak paham. Saya seniman, tidak mengerti apa itu kepemimpinan berbentuk presidium. Mungkin nanti bisa ditafsirkan oleh biro hukum. Yang pasti saya menafsirkan pengurus DKJT itu kerja melayani seniman, itu yang penting. Apakah nanti berbentuk presidium atau apa, itu tergantung situasi. Kalau bentuk itu menjadi representatif ke depan, ya akan kita kerjakan,” kata Taufik Monyong. (nis)