Munas NU Dukung Komitmen Vatikan dan Al-Azhar, Ini Alasannya
Nahdlatul Ulama mendukung komitmen Vatikan dan Al-Azhar yang dituangkan dalam “Human Fraternity Document” atau Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab yang ditanda-tangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Sheikh Ahmed Al Tayeb pada tanggal 4 Februari 2019.
"Dukungan itu didasarkan konsepsi persaudaraan yang dianut Nahdlatul Ulama berupa persaudaraan sesama muslim (ukhuwah islamiyah), persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah atau ukhuwah bashariyah) sebagaimana didekralasikan Nahdlatul Ulama tahun 1984," kata Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA.
Hal itu diungkapkan pada Pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019, di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, 27 Februari - 1 Maret 2019. Hadir pada pembukaan Presiden Joko Widodo dan jajaran Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan para kiai PWNU se-Indonesia.
"Dukungan itu didasarkan konsepsi persaudaraan yang dianut Nahdlatul Ulama berupa persaudaraan sesama muslim (ukhuwah islamiyah), persaudaraan sebangsa dan setanah air (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah atau ukhuwah bashariyah) sebagaimana didekralasikan Nahdlatul Ulama tahun 1984," kata KH Said Aqil Siroj.
Kiai Said melanjutkan sambutannya, "Mengapa demikian ? Karena dalam pandangan NahdlatulUlama, “Human Fraternity Document” merupakan bagian dari konsepsi persaudaraan yang telah diperjuangkan dan diimplementasikan Nahdlatul Ulama sekurang-kurangnya terhitungsejak 35 tahun lalu, saat Muktamar NU di Situbondo pada 1984, ketika Gus Dur terpilih menjadi Ketua Umum PBNU".
Menurut Kiai Said, konsepsi persaudaraan tersebut dapat memberi kontribusi bagi upaya untuk:
(1) menghentikan permusuhan muslim dan non muslim di dunia;
(2) menerima negara bangsa dan menolak khilafah;
(3) menerima konstitusi dan tidak mempertentangkan dengan syariah; dan
(4) mewujudkan perdamaian dunia.
Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2019 mengambil tema Memperkuat Ukhuwah Wathaniyah untuk Kedaulatan Rakyat.
Pemilihan tema ini dilandasi situasi menjelang pelaksanaan pesta demokrasi rakyat yaitu pemilu serentak untuk memilih Presiden/Wakil Presiden serta para wakil rakyat tahun 2019.
Nahdlatul Ulama perlu mengingatkan bahwa sebagai manifestasi kedaulatan rakyat, hasil pemilu harus mampu menjunjung, menegakkan, dan mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kebijakan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Mandat sejati dari kekuasaan adalah kemaslahatan rakyat, kesejahteraan sebesar-besar rakyat Indonesia.
“Karena itu, Pilpres, Pileg, dan Pilkada tidak boleh berhenti sebagai ajang suksesi kekuasaan, tetapi momentum penyegaraan kembali komitmen penegakan kedaulatan rakyat di tengah situasi zaman yang berubah dan bergerak cepat,” kata Robikin Emhas, Ketua PBNU.
Mengapa? Nahdlatul Ulama didirikan dengan dua mandat besar, yaitu peran dan tanggung jawab keagamaan (mas’ūliyah dīniyah) dan peran dan tanggung jawab kebangsaan (mas’ūliyah wathaniyah).
NU bukan hanya terpanggil untuk mengurus masalah ubudiyah, fikrah dīniyah, atau harakah Islâmiyah, tetapi juga masalah-masalah kebangsaan. Dalam kapasitas yang dimungkinkan, NU selalu berupaya membantu program-program Pemerintah yang mendukung kesejahteraan rakyat.(adi)
Advertisement