Mulai Ramai, Arus Balik H+2 Semarang-Surabaya via Bojonegoro
Arus balik H+2 kendaraan mulai padati jalur nasional Semarang-Surabaya via Bojonegoro pada Jumat 12 April 2024. Kondisi lalu lintas terlihat di Jalan Rajekwesi, tepatnya dan Jalan Untung Suropiati—akses jalan nasional penghubung perbatasan Provinsi Jawa Timur-Jawa Tengah lewat Kabupaten Bojonegoro.
Kendaraan yang melintas di jalur urat nadi Kecamatan Kota Bojonegoro ini, rata-rata bernomor polisi luar kota, terutama dari Jawa Timur. Seperti Surabaya (L) Sidoarjo (W), Malang (N), juga Jember dan sekitarnya (P). Selain itu, juga ada plat nomor dari Jawa Tengah, seperti Semarang (H), Solo dan sekitarnya (AD), Yogyakarta dan sekitarnya (AB), kemudian Jakarta (B), Bandung raya (D), Bogor dan sekitarnya (F) juga dari Cirebon E.
Kendaraan pemudik dari luar kota Bojonegoro ini, terlihat juga memadati beberapa titik antara Bojonegoro-Cepu berjarak sekitar 36 kilometer dan Bojonegoro-Babat berjarak sekitar 35 kilometer. Misalnya di perempatan Kecamatan Padangan, arus balik mulai memadati di kawasan ini. Kepadatan lalu lintas terjadi antara Kecamatan Padangan, Bojonegoro dengan Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora berjarak sekitar 3 kilometer.
Pemudik arus balik, ini lebih memilih lewat Bojonegoro ini, akan melewati jalur tengah yang melewati arah Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Nganjuk. Kedua kabupaten di Jawa Timur ini, dilintasi karena ada pintu gebang tol yang menghubungkan jalur Surabaya-Mojokerto-Jombang-Nganjuk-Madiun-Sragen Solo-dan Yogyakarta. Juga bisa menghubungkan tol ke Solo-Boyolali-Salatiga-Semarang hingga ke Jakarta.
Choirul,43, tahun, pemudik asal (Pantura) Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, dirinya naik mobil pribadi dengan tujuan ke Bogor, Jawa Barat. Untuk balik ke rumahnya, lebih memilih lewat Kabupaten Bojonegoro, kemudian menuju ke Kecamatan Padangan dan kemudian menuju ke pintu tol Kota Ngawi. Selanjutnya, dari tol Ngawi langsung menuju ke Solo-Semarang dan tol hingga Bogor. “Jadi, jalur tolnya lewat Ngawi,” tegasnya pada ngopibareng Jumat 12 April 2024.
Padahal, dengan di rumahnya di Kecamatan Paciran, Lamangan, posisinya berada di pantura. Apalagi jalur pantura dari Paciran bisa lewat Jalan Daendles bisa langsung ke Kabupaten Tuban, kemudian ke Kabupaten Rembang, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Selanjutnya melewati Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak hingga ke Semarang.
“Saya lebih memilih lewat jalur tol Ngawi, karena kemarin jalur pantura Kudus-Demak hingga Semarang sempat ada banjir,” imbuhnya.
Sebelumnya soal kawasan potensi macet terjadi di sejumlah titik di Bojonegoro. Di antaranya di pasar tumpah di Kecamatan Baureno, perempatan Pasar Sumberejo, proliman dan Pasar Kapas. Kemudian di pertigaan Tobo, Purwosari dan perempatan Kecamatan Padangan.
Polres Bojonegoro akan melakukann sejumlah Tindakan jika terjadi kemacetan panjang. Misalnya di perempatan Kecamatan Padangan, bisa dilakukan rekayasa lalu lintas jika terjadi kemacetan sepanjang Padangan-Cepu, yaitu pengalihan arus atau dibuat buka-tutup.
“Ya, akan dilakukan rekayasa lalu lintas jika terjadi macet,” ujarKepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Bojonegoro AKP Anjar Rahmat Putra lewat Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Lalu Lintas Polres Bojonegoro Iptu Luluk Sulistiono pada ngopibareng.id, Selasa 9 April 2024 lalu.
Dia berharap, arus balik Lebaran 2024 ini, kemacetan lalu lintas bisa terura dan jalan nasional penghubung Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah ini, bisa teratasi.
Advertisement