Mulai Hari Ini Indonesia Resmi Resesi
Mulai hari ini Indonesia resmi resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 mengalami kontraksi 3,49 persen (yoy). Dengan demikian, maka Indonesia resmi mengalami resesi seperti yang sudah dialami berbagai negara yang terdampak COVID-19, karena selama dua triwulan berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.
Indonesia jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun, pada kuartal ketiga, bersamaan dengan pandemi COVID-19 menghantam konsumsi dan aktivitas bisnis di Indonesia.
Produk domestik bruto (PDB) menyusut 3,49 persen dalam skala tahunan di periode Juli-September. Data dari biro statistik menunjukkan, sedikit lebih dari kontraksi 3 persen yang diperkirakan dalam jajak pendapat Reuters. Ekonomi mengalami kontraksi 5,32 persen tahun ke tahun di kuartal kedua.
Diperkirakan sekitar 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan mereka tahun ini, dengan pemerintah dan bank sentral mengambil tindakan untuk mencoba meredakan pukulan tersebut.
Kepala Biro Statistik Suhariyanto mengatakan, meski terjadi kontraksi tahunan, perekonomian pada kuartal ketiga menunjukkan perbaikan dari tiga bulan sebelumnya di semua sektor.
"Pemulihan akan berlanjut selama beberapa bulan mendatang, tetapi kemungkinan akan lambat," kata Gareth Leather, ekonom senior Asia di perusahaan riset Capital Economics, seperti dikutip dari Al Jazeera.com.
Meski mengalami pertumbuhan negatif, namun secara kuartal (qtq) ekonomi mengalami kenaikan sebesar 5,05 persen pada triwulan III-2020, yang memperlihatkan adanya tanda-tanda pemulihan signifikan.
Demikian juga, meskipun resesi tetap IHSG sesi pertama ditutup naik 94,49 poin atau 1,85 persen ke posisi 5.199,69. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 21,08 poin atau 2,7 persen menjadi 802,21.
"Market mengapresiasi terjadinya recovery perekonomian di Tanah Air. Secara kuartalan, sudah mulai terjadi recovery," kata Analis Bina Artha Sekuritas M Nafan Aji Gusta di Jakarta, Kamis.
Dari eksternal, lanjut Nafan, pelaksanaan pemilu di Amerika Serikat yang berlangsung dengan sangat demokratis juga memengaruhi pergerakan IHSG.
"Market juga menanti hasil rapat The Fed dalam rangka mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,25 persen," ujar Nafan.
Dibuka naik, IHSG relatif nyaman bergerak di teritori positif pada sesi pertama perdagangan saham.
Secara sektoral pada pukul 11.30 WIB seluruh sektor meningkat dengan sektor infrastruktur naik paling tinggi yaitu 3,71 persen, diikuti sektor industri dasar dan sektor keuangan masing-masing 2,42 persen dan 2,15 persen.
Penutupan IHSG sesi pertama diiringi aksi beli saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau net foreign buy sebesar Rp201,04 miliar.
Meskipun resesi, tetapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi pertama perdagangan saham Kamis ditutup menguat.
IHSG sesi pertama ditutup naik 94,49 poin atau 1,85 persen ke posisi 5.199,69. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 21,08 poin atau 2,7 persen menjadi 802,21. (ant)