Muktamar NU Segera Digelar, IGGI Dukung Gus Staquf dan Gus Ipul
Ketua IGGI (Ikatan Gus gus Indonesia) Dr H Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) mendukung Muktamar NU ke-34 segera digelar selambat-lambatnya pada bulan November 2021 mendatang.
Gus Fahrur menilai, penundaan muktamar selama setahun sudah lebih dari cukup dan tidak boleh lagi ditunda dengan alasan apapun, karena pelaksaaan muktamar sangat urgen untuk regenerasi dan proses kaderisasi agar roda organisasi terus berjalan. Adapun pelaksanaannya bisa dilakukan secara luring atau hibryd sesuai aturan yang diperbolehkan pemerintah dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Menurut Gus Fahrur, beberapa Ketua PCNU di Jatim telah berkumpul dan sepakat untuk mengusulkan pelaksanaan muktamar akhir tahun ini. Karena Apabila muktamar ditunda lagi akan membuat preseden buruk ke semua level dibawahnya, sehingga mereka ikut menunda agenda konfercab atau konferwil yang membuat kaderisasi organisasi terhambat.
Selanjutnya, Gus Fahrur mendukung dua kader muda NU Gus Yahya (KH Yahya Kholil Staquf) dan Gus Ipul untuk tampil meneruskan kepemimpinan Prof Dr KH Said Aqil Siradj yang dinilai telah banyak menorehkan kesuksesan di berbagai bidang.
"Kiai Said berhasil meneguhkan jati diri aswaja dan kemajuan dalam bidang pendidikan dengan pendirian universitas NU di seluruh Indonesia, serta kemajuan lainnya yang membuat NU disegani dan bisa menjadi penentu serta pengayom," katanya dalam keterangan persnya, Rabu, 15 September 2021.
Pengasuh pesantren An Nur I Bululawang, Malang ini menambahkan, seorang pemimpin yang baik juga harus mampu melahirkan pemimpin baru dengan melakukan regenerasi yang baik. Regenerasi di tubuh organisasi bisa meneladani cara Nabi Muhammad SAW yang telah sukses melahirkan pemimpin-pemimpin hebat pasca Nabi (Muhammad) meninggal.
"Proses kaderisasi pucuk kepemimpinan NU di masa lalu dapat menjadi contoh yang bagus. Ketika Gus Dur berakhir digantikan almarhum Dr KH Hasyim Muzadi dan setelahnya dilanjutkan Prof KH Said Agil Siradj," ujarnya.
Ada pelajaran yang bisa dipetik ketika Gus Dur memimpin, yakni hampir tidak terlihat tokoh sekaliber Gus Dur. Seakan tidak ada yang layak menggantikannya.
"Namun ternyata tampil KH Hasyim Muzadi yang sukses memimpin NU dengan sangat baik, santun dan sejuk. Bahkan bisa bermain di kancah Internasional, sehingga terbentuk jaringan PCINU internasional di berbagai negara dan melahirkan ICIS (International Conference of Islamic Scholar) atau Konfrensi sarjana Islam internasional," kata Gus Fahrur.
Setelah dua periode menjabat Ketum PBNU, KH Hasyim Muzadi tidak berkenan maju kembali untuk ketiga kalinya dan tampillah Prof Dr KH Said Aqil Siradj.
"Almarhum Prof Dr KH Tholchah Hasan mengatakan waktu dua periode sudah sangat cukup untuk melakukan kaderisasi dan melahirkan pemimpin baru. IGGI mengharapkan tampil pemimpin muda NU dalam muktamar mendatang yang berkomitmen meneguhkan NU sebagai ormas Islam berfaham aswaja yang moderat, toleran, dan selalu memperkuat tiga ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia)," katanya yang juga Wakil Ketua PWNU Jawa Timur dan Wakil Sekjend MUI pusat.
Advertisement