Muktamar ke-34 NU Digelar 2020, Begini Respon Ridwan Kamil
Rencana Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) pada 2020, mendapat sambutan dari sejumlah daerah di Indonesia. Jawa Barat termasuk salah satu calon tuan rumah perhelatan puncak organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
Penentuan tempat muktamar ini akan diputuskan pada acara pertemuan pra-muktamar yang akan berlangsung di Purwakarta pada September mendatang.
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Maman Imanulhaq mengatakan, selain Jawa Barat, ada tiga daerah lain yang akan jadi saingan yaitu Kalimantan Selatan, Lampung, dan Bali. Jawa Barat pernah menjadi tuan rumah Muktamar ke-29 organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia ini pada 1996, bertempat di Ponpes Cipasung Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
“Kepastian tempatnya akan ditentukan pada pra-muktamar di Ponpes Al-Muhajirin Purwakarta,” kata Kiai Maman.
Muktamar terakhir pada Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur yang memilih kembali K.H. Said Aqil Siroj sebagai Ketua Umum Pengurus Besar NU.
“Kepastian tempatnya akan ditentukan pada pra-muktamar di Ponpes Al-Muhajirin Purwakarta,” kata Kiai Maman, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Minggu 21 Juli 2019.
Kiai Maman, yang juga juru bicara Panitia Lokal Pra Muktamar Nahdatul Ulama menjelaskan hal itu, terkait pertemuannya dengan Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil di Gedung Pakuan Bandung, Kamis, 18 Juli 2019. Turut mendampingi Maman, K.H. Abun Bunyamin, pengasuh Pondok Pesantren AlMuhajirin Purwakarta.
Lebih jauh dijelaskan, beberapa tempat di Jabar yang jadi wacana antara lain Sukabumi, Bandung, Cirebon dan Tasikmalaya.
Memperlihatkan keunggulan. Kepada gubernur, pengasuh Ponpes AlMuhajirin Dr. K.H. Abun Bunyamin M.A. berharap agar Jabar terpilih kembali sebagai tuan rumah. Jika terpilih, maka hal itu merupakan kesempatan untuk memperlihatkan keunggulan Jabar dalam berbagai hal.
Pertemuan pra muktamar sendiri akan berlangsung pada 20 September. Peserta resmi yang akan hadir adalah para pimpinan pengurus wilayah dan cabang se-Indonesia dengan jumlah 1.000 orang.
“Kalau dengan peserta tidak resmi, jumlahnya bisa mencapai 6.000 orang,” ujar Kiai Maman.
Selain akan membahas calon tuan rumah muktamar, pertemuan pra muktamar juga akan menggelar bazar. Acara bazar ini akan menampilkan produk-produk pesantren se-Indonesia sebagai bentuk pemberdayaan pesantren.
“Ini sesuai dengan program pak Gubernur tentang one pesantren one product (OPOP),” kata Kiai Maman.
Selain bazar, pramuktamar juga akan menyelenggaran seminar bertemakan pemberdayaan pesantren berbasis 4.0, seminar genealogi pesantren NU di Jabar, dakwah digital, dan seminar pertanahan.
Seminar genealogi penting untuk mengkaji hubungan pesantren di Jabar. Misalnya kakek Ridwan Kamil, K.H. Muhyidin yang dikenal dengan nama Mama Pagelaran membuka pesantren di Cimalaka Sumedang. Ketika Mama Pagelaran pindah ke Subang, pesantren Cimalaka itu dikelola kakek Maman yaitu Mama Mualim Faqih.
"Seminar genealogi ini akan memetakan kembali hubungan-hubungan pesantren di Jabar, " katanya.
Santri milenial
Ridwan Kamil mengusulkan agar santri-santri milenial bisa mengikuti perkembangan zaman. Pemberdayaan ekonomi berbasis 4.0 dan dakwah digital agar bisa menyentuh juga masyarakat luar pesantren. Sementara seminar penggunaan tanah akan memberikan masukan kepada negara mengenai masalah hukum tanah maupun hukum agama.
"Tujuannya untuk membantu menyelesaikan persengketaan tanah karena batas-batas yang tidak jelas. Juga agar masyarakat bisa memiliki panduan tentang mengelola tanah," ujarnya. (adi)