Mukjizat Al-Quran bagi Nabi Muhammad, Gus Baha: Ini Dahsyatnya
Pemahaman konsep i’jaz yang umum, mukjizat Al-Quran. KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) menjelaskan dengan rekonstruksi atas pemahaman-pemahaman yang telah disampaikan secara umum oleh para ulama terdahulu.
Rekonstruksi yang dimaksud adalah memperbaiki atau meluruskan atau membangun kembali beberapa bagian dari pemahaman umum.
Melalui kajian umum yang bertajuk “Keistimewaan Mukjizat al-Qur’an”, Gus Baha’ menguraikan secara detail dengan menggunakan analogi yang sederhana namun penuh makna.
Gus Baha mengawali kajiannya dengan ungkapan bahwa ‘semua orang sepakat, mukjizat Al-Qur’an itu luar biasa’. Sehingga umat Nabi Muhammad merupakan satu-satunya umat yang bisa dikatakan mempunyai kualitas keimanan terbaik meskipun Nabi telah wafat, ketika keimanan umatnya masih menyamai keimanan umat pada periode Nabi.
Secara umum, mukjizat didefinisikan sebagai sesuatu kejadian dahsyat dalam pandangan inderawi. Menurut akal manusia sesuatu tersebut tidak mungkin terjadi dan manusia tidak mampu menandinginya. Seperti tongkat Nabi Musa yang bisa membelah lautan.
Menurut Gus Baha’ memahami i’jaz sebagai sesuatu yang inderawi adalah keliru, khususnya memahami kemukjizatan Al-Qur’an yang bisa disaksikan bukan dengan panca indera, tapi dengan penalaran dan mata hati (basyirah). Demikian pula memahami mukjizat sebagai sesuatu yang tidak biasa dan tidak bisa ditandingi juga perlu diluruskan.
Gus Baha’ mengungkapkan bahwa Al-Quran diturunkan untuk menjaga logika agama al-hujjah al-balighah ila yaumil qiyamah. Maka mukjizat Al-Qur’an ini mengawal umat Nabi Muhammad ila yaumil Qiyamah.
Sesungguhnya alam tempat berpijak seluruh makhluk di muka bumi ini merupakan salah satu tanda kemahabesaran Allah. Makhluk-makhluk yang menyebar di pelbagai belahan alam, gunung-gunung yang menjulang tinggi ke langit, samudera yang melimpah, dan daratan yang terhampar luas, semua itu merupakan bentuk wuju (adanya) Allah.
"Manusia adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain," kata Gus Baha.
Allah telah menundukkan alam untuk manusia sehingga mereka mudah dalam menjalankan kehidupannya, dan Allah juga menganugerahkan kepada sebagian manusia berupa kekuatan berpikir sehingga mampu menyingkap segala sesuatu yang belum diketahui sebelumnya.
Merupakan sesuatu yang wajar, jika manusia merasa kagum dengan peristiwa alam yang aneh. Fenomena awan berbentuk lafal Allah atau ranting pohon berbentuk kalimah tayibah dianggap sebagai salah satu bentuk kemukjizatan (i’jaz) yang nyata.
Berdasarkan konsep i’jaz menurut ulama klasik, mukjizat biasa diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa di luar kemampuan manusia sebagai bukti kenabian, seperti Nabi Musa yang diberi mukjizat berupa tongkat yang dapat membelah lautan, menghidupkan orang mati sebagai mukjizat pada Nabi Isa, mukjizat Nabi Muhammad yang dapat membelah bulan, dan lain sebagainya.
Hal ini secara tidak langsung mempersempit pemahaman terhadap konsep i’jaz khususnya i’jaz Al-Qur’an. Sesungguhnya mukjizat terbesar adalah Al-Qur’an yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril untuk seluruh umat manusia.
Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad pada masa kejayaan ilmu pengetahuan, berbentuk mukjizat ‘aqliyah, dan bersifat rasional yang mampu berdialog dengan akal manusia.
Di dalam Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan pelajaran tentang pelbagai peristiwa, baik yang telah terjadi, sedang atau bahkan akan terjadi.
Berbicara tentang kemukjizatan Al-Qur’an (i’jaz al-Qur’an), banyak ulama yang mengemukakan pemahaman mereka di dalam karya-karyanya. Antara lain, Mafhum an-Nas Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an karya Nasr Hamid Abu Zayd, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an karya Manna’ Khalil al-Qattan.
Selain itu, saat ini ada beberapa pakar yang juga banyak mengkaji pemahaman tentang i’jaz al-Qur’an, seperti Gus Baha dalam salah satu forum kajiannya di Menara Kudus pada tanggal 29 Mei 2019 dengan Judul “Rahasia Mukjizat Al-Qur’an” yang dipublikasikan di Youtube.2
Hal yang menarik dalam kajian beliau adalah penyampaiannya yang sederhana dalam menjelaskan pemahaman terhadap konsep kemukjizatan yang berbeda dari ulama sebelumnya. Pemaparan Gus Baha dalam kajiannya tersebut merupakan bentuk rekonstruksi terhadap pemahaman konsep i’jaz al-Qur’an yang sudah berlaku di kalangan ulama Muslim.
Dengan metode konten analisis, perlu ditelusuri lebih jauh bagaimana rekonstuksi pemahaman tersebut dalam perspektif Gus Baha’ dengan harapan bisa menjadi nilai tambah bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.