MUI: Kaum Muslimin Jangan Terjebak Perselisihan Sempit
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap Tahun Baru Islam 1441 Hijriyah membawa kerukunan dan keharmonisan bagi masyarakat Indonesia.
Harapan ini disandarkan pada masih hangatnya suasana HUT ke-74 Kemerdekaan RI.
Tahun Baru Hijriyah 1441 H harus menjadi tahun rekonsiliasi nasional, yang dapat merekatkan dan mengukuhkan kembali persaudaraan, komitmen kebangsaan, mengembangkan wawasan kebhinnekaan, serta menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang rukun, harmonis. Saling menghormati, mencintai dan menolong dalam semangat persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyyah) dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Harapan itu disampaikan MUI dalam siran pers yang diterima ngopibareng.id Senin 2 September 2019.
Siaran pers yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi,
juga diserukan kepada kaum muslimin untuk memasuki Tahun Baru 1441 H dengan semangat hijrah menuju kesalehan dan kemenangan hakiki.
"Hijrah harus dimaknai sebagai proses transformasi dari kondisi kehidupan yang gelap menuju peradaban yang terang dan mencerahkan. Baik dalam konteks kehidupan pribadi maupun kemasyarakatan dan kebangsaan," kata Zainut.
Semangat hijrah ini dapat mengembangkan akhlak dan perilaku umat Islam yang toleran (tasamuh), seimbang (tawazun), dan adil (i'tidal) dalam menjalankan ajaran agama. Sehingga kaum muslimin tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan sempit (furuiyyat) dalam menjalankan ajaran agama, demi mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki (ukhuwah Islamiyyah).
MUI berharap dari aspek kehidupan pribadi, semangat hijrah bisa membawa perubahan tiap pribadi menuju sikap adil, jujur, dan terpuji. Selain itu, diharapkan kaum muslimin bisa menjadi pribadi yang santun, ramah, dan suka menebarkan cinta dan kedamaian dan dijauhkan dari perilaku suka mengumpat, memfitnah, konsumtif, dan koruptif.
"Dari aspek tatanan kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan, hijrah harus memberikan perubahan kepada masyarakat bangsa, dari masyarakat jahiliyah menuju masyarakat madani, yaitu masyarakat yang beriman, maju, mandiri, bahagia lahir batin, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum dan norma susila, serta jujur, adil, setara (demokratis), beradab dan berakhlak mulia," pesannya.
Advertisement