MUI Desak Penutupan Padepokan Dimas Kanjeng, Ada Apa?
Keberadaan padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dinilai menimbulkan keresahan bagi masyarakat di sekitarnya. Soalnya, masih ada sekitar 300 pengikut padepokan yang bertahan (menetap) di komplek padepokan, belum lagi yang tinggal di sekitar padepokan.
Keluhan terkait keberadaan padepokan yang dirintis Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu diungkapkan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo, M. Yasin, Selasa, 6 November 2018.
"Karena itu MUI kembali mendesak, agar padepokan itu ditutup untuk selamanya," ujarnya.
Dikatakan sebenarnya desakan penutupan padepokan sudah disuarakan MUI setempat pasca rapat koordinasi (rakor) dengan sejumlah ormas Islam dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Mapolres Probolingo, 27 Agustus 2018 lalu.
Dalam rakor yang diikuti pengurus MUI, NU, Pemuda Ansor, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan FKUB itu ada kesepakatan untuk menutup padepokan.
Karena pengikut padepokan berasal dari berbagai daerah di Jatim, juga dari luar provinsi, Yasin mengatakan, agar MUI Jatim dan Polda Jatim terlibat dalam penutupan padepokan.
"Jika keberadaan padepokan dibiarkan bisa memicu masalah sosial karena ada sekitar 300 pengikut padepokan yang tinggal di gubuk-gubuk darurat di padepokan," ujar Yasin.
Karena sudah sekitar dua tahun mendiami padepokan, Yasin mempertanyakan status kependudukan ratusan pengikut padepokan.
"Kami sudah bersabar sekitar dua tahun, sering menerima keluhan dari warga. Solusinya padepokan harus segera ditutup," ujarnya.
MUI Probolinggo pun berencana menyurati MUI Jatim terkait desakan penutupan padepokan.
"Persoalan ini tidak mungkin bisa kami selesaikan di tingkat daerah, karena itu kami mendesak MUI Jatim ikut turun tangan," ujar Yasin.
Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Dr Marwah Daoed Ibrahim yang dihubungi melalui handphone, Selasa sore tidak ada jawaban. Bahkan pesan melalui WA, juga tidak dibalas.
Sebelumnya, terkait keberadaan padepokan, keterangan justru didapat dari Dodik Setyo Purwono (48), yang mengaku sebagai koordinator petugas keamanan padepokan. "Kalau tanya soal padepokan, kami bisa jelaskan," ujarnya.
Pria asal Madiun itu mengaku, aktivitas padepokan tetap berjalan seperti biasa. "Soal ada person atau oknum yang terjerat kasus hukum, tidak mempengaruhi aktivitas padepokan," ujarnya.
Padepokan tetap menggelar aktivitas rutin seperti shalat lima waktu, istighosah, bersih-bersih lingkungan padepokan. Bahkan pada tanggal 17 Agustus 2018 lalu, kami juga menggelar upacara bendera di halaman padepokan," ujar Dodik.
Disinggung soal adanya keresahan masyarakat sekitar, Dodik mempersilakan MUI datang sendiri ke padepokan.
"Tidak ada yang resah, silakan bapak-bapak MUI datang ke sini, kami siap menerimanya dengan tangan terbuka. Tunjukkan, mana warga yang resah?" ujarnya. (isa)