Muhammadiyah: Tragedi Kanjuruhan Mengoyak Marwah Bangsa
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan prihatin dan menyampaikan duka mendalam atas jatuhnya korban dalam tragedi yang terjadi pada pertandingan sepakbola di stadion Kanjuruhan Malang tanggal 1 Oktober 2022.
“Kami menyesalkan petistiwa tragis tersebut, lebih-lebih menyangkut nyawa manusia yang besar jumlahnya, padahal satu jiwa saja sangat berharga yang harus dijaga,” tutur Haedar dikutip Suaramuhammadiyah.id pada Minggu 2 Oktober 2022.
Haedar Nashir menyampaikan, perlu adanya investigasi yang objektif dan tuntas dari berbagai aspek atas kerusuhan dan terjadinya korban jiwa yang besar itu, karena kasusnya bukan hanya nasional tetapi sudah berskala global. “Tragedi ini mengoyak marwah bangsa dan negara Indonesia,” tandasnya. Haedar menyebut, seolah sepakbola menjadi lebih berharga dibanding nyawa manusia. Kepolisian, PSSI, dan seluruh pemangku kebijakan perlu bersikap tegas dan bijak.
Masyarakat menyesalkan cara dan tindakan dalam menangani kerusuhan tersebut, sehingga terjadi korban meninggal yang besar. Pertandingan derby Jawa Timur dengan tensi tinggi ini disaksikan langsung 42.000 pasang mata, dari yang seharusnya 38.000 kapasitas penonton di Kanjuruhan.
Pada laga Arema FC vs Persebaya dalam lanjutan Liga 1 Indonesian di Stadion Kanjuruhan Malang Sabtu 1 Oktober 2022 berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Usai wasit meniup peluit panjang, suporter tuan rumah yang kecewa menyerbu lapangan.
Anggota kepolisian lantas menembakkan gas air mata di dalam stadion. Para penonton yang masih berada di dalam stadion pun panik dan berdesakan di pintu keluar, menyebabkan sesak nafas massal. Ratusan korban meninggal di stadion dan di rumah sakit.
Kejadian di Stadion Kanjuruhan Malang ini menjadi tragedi paling mematikan kedua di dunia olahraga setelah peristiwa 24 Mei 1964 yang menyebabkan lebih dari 300 orang tewas dan 500 lainnya terluka dalam kerusuhan di Stadium Nacional Lima, Peru. Kejadian setelah laga Argentina mengalahkan Peru dalam pertandingan kualifikasi Olimpiade itu ditetapkan sebagai the world’s worst stadium disaster hingga sejauh ini.
Korban meninggal dari kerusuhan usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya bertambah menjadi 129 orang, Minggu 2 Oktober 2022. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merujuk semua korban meninggal di dua rumah sakit, yaitu di RSUD Kanjuruhan di Kabupaten Malang, dan di RSUD Syaiful Anwar Kota Malang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang dokter gigi Wiyanto Wijoyo menyebut jika jumlah korban meninggal bertambah menjadi 198 orang. Sedangkan korban luka ringan hingga berat sebanyak 188 orang. "Update terbaru, ada 129 orang meninggal," kata Wiyanto kepada Ngopibareng.id, Minggu 2 Oktober 2022.
Korban meninggal dan luka menurutnya secara umum mengalami luka akibat terinjak, memar akibat terbentur benda keras, juga sesak napas. "Mungkin terinjak dan juga ada yang ndak bisa bernapas," katanya.
Advertisement