Muhammadiyah Lebih Maju? Ternyata Ini Penyebabnya
Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Muhammadiyah Hadisaputra mengungkapkan, literasi adalah embrio awal Muhammadiyah. Maka tidak tepat bila mau menghidupkan gerakan literasi ormas Islam yang berdiri sejak 1912 ini, karena hal itu memang telah melekat pada Persyarikatan.
Sejak awal berdiri, lanjutnya, literasi telah menjadi perhatian khusus. Hal itu terlihat dengan pencantuman spirit penerbitan dalam Statuten (Anggaran Dasar) Muhammadiyah tahun 1912 (artikel 3 huruf d).
“Rumusan misi Muhammadiyah adalah menerbitkan serta membantu terbitnya kitab-kitab, kitab sebaran, kitab khutbah, surat kabar, semuanya yang muat perkara ilmu agama Islam, ilmu ketertiban cara Islam," kata Hadisaputra, dalam keterangan Rabu 22 Januari 2020.
Spirit tersebut dipertegas pada 17 Juni 1920, saat pengesahan dan pelantikan pimpinan Bahagian dalam Hoofd Bestuur (Pengurus Besar) Muhammadiyah. Empat bahagian yang dilantik adalah bahagian sekolahan, bahagian tabligh, bahagian penolong kesengsaraan oemoem, dan bahagian taman pustaka.
"Kita ingin melalui pelatihan ini ada perekam aktivitas dan perkembagan Muhammadiyah di daerah dan ditulis sebagai syiar,” lanjutnya.
Kemudian kita juga ingin ada upaya mengumpulkan dokumen untuk menulis sejarah perkembangan Muhammadiyah.
“Kita juga berharap skill menulis untuk mengekspos gagasan dan ide Islam berkemajuan serta produk pemikiran Muhammadiyah," tuturnya.
Sebelumnya, ia mengungkapkan hal itu pada pembukaan pelatihan Baitul Arqam Penulis Muhammadiyah di Hotel Sultan Alauddin, Makassar.
Sementara Wakil Ketua PWM Sulsel, Mustari Bosra, menguraikan tentang tokoh Muhammadiyah Sulsel banyak yang punya buah pikiran, tapi tidak dituliskan.
Baitul Arqam Penulis Muhammadiyah ini mengangkat tema 'menulis adalah bekerja untuk keabadian' dan diikuti PDM se-Sulsel serta berlangsung pada 18-19 Januari 2020.
Advertisement