Muhammadiyah Cerminan yang Cocok Moderasi Beragama, Ini Faktanya
Muhammadiyah sejak awal kelahirannya sudah memegang teguh prinsip moderasi beragama. Walau tahun 1912 padanan kata “moderasi beragama” belum hadir, namun secara substansi kiprah Muhammadiyah mencerminkan hal itu.
Rumusan 12 Karakter Moderasi Islam sebagaimana yang telah disusun pada tahun 2018 lalu di Bogor dalam Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama Muslim Dunia sangat cocok dengan karakter Muhammadiyah.
“Semua poin-poin di rumusan itu cocok dengan Muhammadiyah dalam pemahaman maupun praktek keagamaannya,” kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Arza.
Dalam karakter teologi, pada awalnya Muhammadiyah dianggap berpaham Jabariyyah. Padahal paham ini secara aklamasi dianggap menyimpang oleh para ulama.
Azyumardi menjelaskan bahwa Muhammadiyah sejatinya berpaham Asy’ariyah yang sudah diperbaharui dengan nilai tambah etos kerja sosial.
“Etos kerja Muhammadiyah sangat tinggi. Jadi berbeda dengan Jabariyah,” tuturnya, dalam acara Seminar Munas Tarjih ke-31 dengan tema Moderasi Keberagaman dalam Konteks Indonesia Berkemajuan pada Minggu 13 Desember 2020.
Sementara itu dalam bidang fikih, Muhammadiyah mengambil langkah mengembalikan ajaran Islam pada al-Quran dan al-Sunah dengan pengembangan ijtihad.
Sedangkan dalam urusan tasawuf, Azyumardi mengemukakan bahwa Muhammadiyah kurang respektif dengan hal-hal yang berkaitan dengan dunia esoterik.
Jenis tasawuf yang cocok dengan Muhammadiyah adalah tipe Tasawuf Modern Buya Hamka yang menekankan pada aspek-aspek seputar ikhlas, qana’ah, dan tawakkal.
“Model tipikal tasawuf Muhammadiyah itu model Tasawuf Modern Buya Hamka. Sekali lagi ini mencerminkan moderasi beragama dalam bidang tasawuf. Saya menyebutnya tasawuf ini tidak berlebih-lebihan, juga tidak terlalu filosofis atau spekulatif,” kata Azyumardi.
Dilihat dari sisi teologi, fikih, dan tasawuf, Muhammadiyah merupakan cerminan yang pas konsep moderasi beragama. Azyumardi mengatakan, tantangan dan godaan bagi Muhammadiyah untuk bergeser dari ‘Islam berkemajuan’ dan ‘moderasi keagamaan’ itu telah meningkat dalam tiga dasawarsa terakhir. Bisa dipastikan tantangan dan godaan itu tetap terus ada hari ini dan ke depan.
Azyumardi optimistis, Muhammadiyah akan terus merawat karakter ‘berkemajuan’ dan berwawasan ‘wasathiyyah’. Dengan pengalamannya lebih dari satu abad, Muhammadiyah terlalu besar untuk mengubah citranya sebagai gerakan Islam yang moderat dan progesif.
Advertisement