Muhammadiyah Bukan Pesawat Tempur untuk Manuver, Kata Haedar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar warga Muhammadiyah memberikan teladan yang baik.
“Dua pengkajian Ramadhan yang lalu, membawa tema Risalah Pencerahan tidak selesai dengan berakhirnya acara itu. Tetapi bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Islam Pencerahan di dalam Persyarikatan dan kehidupan kebangsaan. Ini tugas yang paling berat,” nasihat Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Rabu 29 Mei 2019.
Menurutnya, Islam yang mencerahkan selalu berbuat ihsan pada asas kemanusiaan, menyebarkan perdamaian, nilai-nilai moderat, toleransi dan anti anarkisme. Selain itu, Islam mencerahkan bagi Muhammadiyah juga menghindari segala bentuk fasad (perbuatan merusak) dan terus menyebarkan tradisi iqra’ agar umat Islam dan bangsa Indonesia ini memiliki tradisi ilmu dan menjadi insan cendekia.
“Itu harus kita praktikkan. Orang islam harus berpikir, mana yang baik, mana yang benar. Yang benar harus disuarakan dengan cara yang baik. Bahkan ada nilai yang pantas dan tidak pantas. Ada yang perlu didialogkan dan dimusyawarahkan. Saya mengajak kita membaca kembali delapan Poin Risalah Pencerahan agar warga Muhammadiyah menjadi uswah hasanah,” kata Haedar Nashir.
“Muhammadiyah telah memulai itu sejak berdiri. Nilai Islam Pencerahan yang mungkin adalah memberikan uswah hasanah, menjadi contoh yang baik. Ada pepatah ‘perbuatan itu jauh lebih bisa dilihat orang dan lebih dipercaya daripada perkataan,” kata Haedar, saat Buka Bersama Ramadan 1440 H di aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Selasa 28 Mei 2019
Lebih lanjut, Haedar berpesan bahwa Islam yang begitu tinggi nilainya sebagai agama pencerahan harus dijaga oleh umatnya melalui cara-cara yang paling bijak.
“Itu harus kita praktikkan. Orang islam harus berpikir, mana yang baik, mana yang benar. Yang benar harus disuarakan dengan cara yang baik. Bahkan ada nilai yang pantas dan tidak pantas. Ada yang perlu didialogkan dan dimusyawarahkan. Saya mengajak kita membaca kembali delapan Poin Risalah Pencerahan agar warga Muhammadiyah menjadi uswah hasanah,” imbuhnya.
Pada bagian akhir, Haedar berpesan agar semua warga Persyarikatan menyadari besarnya amanah menjaga Muhammadiyah.
“Muhammadiyah ini besar, melebihi kita, melebihi Pimpinan Pusat, dan seluruh gabungan Pimpinan dan asset di seluruh Indonesia. Kita ini hanya menjalankan amanah. Tugas kita ini riyasah. Memimpin Muhammadiyah itu menggembala supaya yang kita gembalakan ini tidak lari. Jadi bukan sewenang-wenang menggunakan amanah ini,” pesan Haedar.
“Muhammadiyah tidak keluar melebihi parpol, melebihi Pilpres. Kita hargai. Tapi jangan merasa kita ini menganggap enteng Muhammadiyah. Kalau diibaratkan pesawat, Muhammadiyah ini air bus super jumbo. Kita bukan pesawat tempur yang bisa bermanuver. Kalau air bus super jumbo itu dibuat manuver maka goyang semua. Ini ilustrasi yang perlu. Saya ingin mengajak kita semua, Muhammadiyah punya bingkai-bingkai teologis dan frameworknya. Saya ingin kita membaca lagi sepuluh sifat kepribadian Muhammadiyah,” pungkasnya.
Acara buka bersama tersebut, selain dihadiri oleh PP Muhammadiyah, juga dihadiri oleh perwakilan Pimpinan Wilayah Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Acara Buka Bersama juga menjadi momen pembubaran panitia Pengkajian Ramadan Muhammadiyah 1440 H. (adi)