Muhammad Penggembala Kambing, Ternyata Begini Hikmahnya
Pada saat usianya delapan tahun, Muhammad menyampaikan keinginannya untuk menggembala kambing kepada pamannya, Abu Thalib. Sang paman kaget mendengar hal itu. Ia berusaha mencegahnya, namun gagal.
Begitu pula dengan sang bibi, Fatimah binti Asad, istri Abu Thalib. Keduanya sebetulnya tidak tega bila keponakannya yang masih kecil itu harus kerja menggembala kambing. Akan tetapi tekad Muhammad begitu bulat sehingga tidak bisa dihentikan.
"Mau tidak mau akhirnya Abu Thalib menuruti keinginan Muhammad. Bahkan, ia mencarikan ‘bos’ bagi Muhammad. Abu Thalib menghubungi kenalannya orang Quraisy yang kaya dan memiliki banyak kambing, untuk digembala Muhammad," kata Ustadz A Muchlishon Rochmat.
Berikut kisah dan hikmah di balik peran penggembala, sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasulullah.
"Muhammad menjadi penggembala kambing kurang lebih selama empat tahun. Ketika usianya 12 tahun, Muhammad tidak lagi menjadi penggembala kambing karena alasan tertentu pula."
Sang bibi Fatimah binti Asad juga sama. Ia selalu mengantar Muhammad hingga ke mulut pintu ketika keponakannya itu hendak berangkat menggembala. Tidak hanya itu, Fatimah juga selalu menyiapkan bekal makanan untuk Muhammad. Selama Muhammad menggembala, Fatimah selalu gelisah. Khawatir sesuatu yang buruk terjadi kepada keponakan terkasihnya. Oleh karenanya, Fatimah selalu menanyakan banyak hal kepada Muhammad. Tidak lain untuk memastikan kalau keponakannya itu baik-baik saja.
Lantas apa yang membuat Muhammad memutuskan untuk menggembala kambing? Mengapa tidak melakukan hal yang lainnya misal berdagang atau jualan? Dan di usia yang masih belia seperti itu, bukan kah anak-anak biasanya sibuk bermain ke sana kemari?
Merujuk buku Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018), setidaknya ada tiga alasan mengapa Muhammad akhirnya memutuskan untuk bekerja menggembala kambing.
Pertama, membantu meringankan beban keuangan pamannya, Abu Thalib. Setelah ibunya, Aminah, wafat, Muhammad hidup di rumah kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian ketika Abdul Muthalib juga wafat, Muhammad akhirnya hidup bersama Abu Thalib. Pada saat awal-awal tinggal bersama Abu Thalib, Muhammad biasa-biasa saja. Ia bermain dan makan bersama dengan anak-anak Abu Thalib.
Namun lama kelamaan, Muhammad mulai sadar bahwa kondisi ekonomi pamannya memprihatinkan. Ditambah pamannya juga memiliki anak yang banyak. Hal itu lah yang menggerakkan Muhammad untuk berbuat sesuatu. Bekerja apapun itu, yang penting bisa menghasilkan uang untuk sekedar membantu ekonomi keluarga pamannya. Mungkin ini yang menjadi alasan utama Muhammad menggembala kambing.
Kedua, menggembala kambing tidak butuh modal. Boleh dikata kalau Muhammad sudah berpikir secara mendalam untuk mengambil profesi sebagai penggembala kambing. Profesi itu adalah tepat dan pas bagi dirinya yang usianya masih belia dan tidak memiliki modal. Muhammad sadar bahwa pada saat itu semua pekerjaan sudah dikerjakan budak, kecuali berdagang. Namun untuk berdagang harus memiliki modal, sementara Muhammad tidak memiliki itu. Sementara ia ingin sekali membantu meringankan beban pamannya.
Akhirnya ia menemukan satu pekerjaan yang pas untuk dirinya dan tidak memerlukan modal, yaitu menggembala kambing. Tidak lain, itu semata-mata dilakukan untuk membantu meringankan beban ekonomi pamannya, Abu Thalib.
Ketiga, Muhammad suka berada di padang terbuka yang luas. Muhammad sangat senang dengan padang terbuka yang luas. Di sana, ia bisa merenungkan alam dengan segala keindahan dan kebesarannya. Di padang terbuka pula Muhammad bebas merenungkan segala sesuatu secara mendalam tanpa ada yang mengganggunya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menggembala kambing di padang terbuka yang luas di wilayah Makkah.
Muhammad menjadi penggembala kambing kurang lebih selama empat tahun. Ketika usianya 12 tahun, Muhammad tidak lagi menjadi penggembala kambing karena alasan tertentu pula.
Demikian wallahu a'lam. (adi)