Muhaimin Iskandar Itu Akbar Tanjung Kecil
Perjalanan Jakarta-Jogjakarta kali ini asyik. Sebab, disamping saya duduk KH Muwafik. Mubaligh yang kini sedang ngehits. Yang belum lama ini ceramah di depan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Ini penceramah agama yang unik. Tak pernah pakai sorban. Hanya pakai kopyah ukuran tinggi. Pakai kaos oblong. Rambutnya panjang. Beberapa sudh memutih. Dikuncir di belakang.
Melihat penampilannya, orang tak akan mengira kalau dia seorag da'i kondang. Yang setiap hari keliling seluruh pelosok negeri untuk berceramah agama. Tidak pernah meledak-ledak. Tapi narasinya selalu kuat.
Muwafik muda adalah Pemuda Ansor. Organisasi otonomnya NU. Aktif menjadi Banser (Barisan Serba Guna). Ia akrab dengan para aktifis 1998. Ia dulu menjadi tukang gembleng alias tukang doa agar mereka tak ditangkap polisi.
Karena itu, ia sangat paham denyut pergerakan reformasi politik. Ia dibesarkan dalam lingkungan pergerakan. Anak pergerakan berlatar belakang santri. Lahir di Lamongan dan besar di Jogja.
Di tengah berbincang keadaan politik masa kini, ia melontarkan pertanyaan tak terduga. "Sampeyan seharusnya terjun ke politik. Biar makin banyak orang profesional santri yang ikut memikirkan negeri ini," kata Kiai Muwafiq.
Perbincangan kemudian berlanjut ke partai-partai Islam. Tak lupa pula tentang nasib tragis Romy Romahuzmuy, Ketum PPP yang belum lama "kepleset" sehingga menjadi tahanan KPK. Juga soal Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
"Apa pun Cak Imin ini hebat. Ia berhasil menata PKB yang dulunya terancam perpecahan. Tangan dinginnya mampu menjadikan PKB eksis sampai kini. Bahkan masuk dalam hitungan 5 besar pemenang pemilu," tambahnya.
Cak Imin --panggilan akrab Muhaimin Iskandar-- memimpin partai yang didirikan Gus Dur dengan para kiai itu setelah konflik dengan pamannya sendiri. Ia berhasil melakukan konsolidasi dan ikut mewarnai kontestasi politik di negeri ini.
Dibanding dengan PPP yang telah berdiri sejak Orde Baru, PKB jauh lebih solid dan berhasil mendulang suara Islam. Ia menjadi tumpuan saluran aspirasi politik kaum Nahdliyin. PKB menjadi sayap politik NU seperti yang dicita-citakan para pendirinya.
Dalam skala berbeda, Cak Imin bisa disebut layaknya Akbar Tanjung kecil. Seorang tokoh Golkar yang berhasil mempertahankan partai warisan Orde Baru itu hingga sekarang. Inilah partai yang pernah diancam dibubarkan saat Presiden Gus Dur.
Akbar Tanjung dibesarkan melalui HMI. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum PB HMI. Inilah organisasi kemahasiswaan yang ikut andil dalam melahirkan pemerintahan Orde Baru. Akbar Tanjung ditempa kepemimpinannya di sini sehingga menjadi politisi ulung yang disegani.
Cak Imin merintis kepemimpinan politiknya melalui PMII. Organasisasi kemahasiswaan ekstra kampus ini merupakan perkumpulan para mahasiswa dari kaum Nahdliyin. Ia orang pertama yang berhasil mendirikan Komisariat PMII di UGM, kampus yang menjadi basis HMI dan GMNI.
Seperti ketika Akbar Tanjung mahasiswa, Cak Imin juga memimpin organisasi kemahasiswaan itu sampai puncak. Ia menjadi Ketua Umum PB PMII, sebelum malang melintang menekuni dunia politik melalui PKB. Para tokoh PMII juga yang sekarang menjadi tim inti Cak Imin dalam mengendalikan PKB.
Cak Imin dan Akbar Tanjung sama-sama menjadi tokoh yang pernah "dimusuhi" Gus Dur. Akbar "dimusuhi" saat memimpin Golkar di zaman reformasi. Ia berhasil mempertahankan partai ini tetap besar, meski dianggap sebagai mesin politik Presiden Soeharto yang berkuasa 32 tahun selama Orde Baru.
Di tangan Akbar Tanjung Golkar selamat dari ancaman pembubaran. Di tangan Akbar pula, partai ini berhasil membangun visi baru di era reformasi. Di tangan Akbar pula, partai penguasa di zaman Orde Baru ini bisa menjadi bagian dari penguasa kembali di era reformasi.
Tantangan Cak Imin mungkin tidak sebesar Akbar Tanjung saat mempertahankan Golkar. Tapi ia harus menakhodai PKB setelah dipimpin pendirinya Gus Dur. Ia harus menghadapi perlawanan dari pamannya sendiri yang dulu membesarkan Cak Imin sebagai politisi.
Cak Imin berhasil melampaui badai seperti Akbar Tanjung saat menyelamatkan Golkar. Bedanya, partai yang dipimpin Cak Imin belum pernah merasakan menjadi penenang pemilu. Tapi ia berhasil membawa PKB dalam lima besar di saat partai-partai Islam lainnya nyungsep.
Cak Imin masih muda. Masih panjang perjalanan politiknya. PKB punya modal kuat untuk menjadi besar. Cak Imin mempunyai kesempatan untuk mengukir sejarah: membawa partai berbasis Islam menjadi besar di Indonesia.
Perjalanan masih panjang Cak Imin. Jangan sampai terpeleset di tengah jalan. (Arif Afandi)