Muhadjir: Banyak Orang Kaya Alami Kemiskinan Spiritual
Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, dewasa ini banyak orang kaya yang mengalami kemiskinan spiritual. Menangani kemiskinan spiritual jauh lebih rumit daripada kemiskinan material.
“Mereka yang mengalami kemiskinan spiritual itu merasa baik-baik saja. Padahal orang lain melihat dirinya sudah melampaui batas dan tidak wajar. Perilaku sombong, kikir, serakah, maksiat kerap kali ditunjukkan. Bahkan mereka sebenarnya sudah sadar, namun malah berbangga diri dengan sikap buruk yang dilakukan,” katanya dalam tadarus Ramadhan di kampus putih Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu lalu.
Menurut mantan Rektor UMM empat kali ini, kemiskinan itu dapat dibedakan menjadi dua tipe yakni miskin material dan miskin spiritual. Keduanya juga memiliki perbedaan ciri yang bisa diketahui dan mudah dikenali.
Kemiskinan material, kata Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM) ini, memang sulit diatasi. Namun, menanggulangi kemiskinan spiritual lebih rumit lagi. Banyak orang yang cepat sadar dan mengaku bahwa dirinya miskin material. Bahkan banyak yang mengaku miskin ketika bantuan sosial (bansos) dihadirkan.
Dia mengatakan, di samping ada sebagian masyarakat yang bergelut dengan kemiskinan material, banyak juga orang kaya yang kini mengalami kemiskinan spiritual. Hal itu bisa dilihat dan berefek pada perilaku yang ditampakkan sehari-hari. Tidak hanya terlihat pada pribadi pejabat namun juga terjadi kepada masyarakat.
Untuk itu Muhadjir mendorong Muhammadiyah khususnya UMM untuk bisa mengatasi dan menjangkau keduanya, baik kemiskinan spiritual maupun material. Misalnya saja mereka yang dari Fakultas Agama Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta lainnya bisa perlahan mengikis kemiskinan spiritual. Sementara Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial Politik dan pihak lainnya dapat memberi solusi akan masalah kemiskinan harta atau material.
Muhammadiyah telah lama berjuang mengentaskan kemiskinan. Baik melalui pemberdayaan maupun penyadaran spiritualitas. Keberpihakan terhadap orang miskin, anak yatim, dan kaum pinggiran juga dirasa sesuai dengan teologi Al-Maun Muhammadiyah.
“Semoga di bulan Ramadhan ini kita dapat dijauhkan dari sifat-sifat iri, dengki, culas dan perilaku buruk lainnya. Bulan suci ini juga dapat dijadikan sebagai momen koreksi untuk memperbaiki diri di kemudian hari,” pungkasnya.
Bersama almarhum Prof Abdul Malik Fadjar Msc , Muhadjir dikenal sebagai legenda UMM. Perjuangan dan kerja keras duetnya sukses membawa UMM menjadi perguruan tinggi swasta terbesar di Jatim dan kawasan timur Indonesia. Padahal semula distigma negatif sebagai universitas morat marit dan universitas murah meriah.
Kini UMM kini mendapat julukan baru sebagai universitas magang menteri karena dua mantan rektornya menjadi menteri. Sebelum Muhadjir, Malik Fadjar juga menjadi Menteri Agama pada era Presiden BJ Habibie, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati. Juga menjadi anggota Watimpres di era periode pertama Presiden Jokowi. (is)