Mudik tanpa Gaduh Itu Nggak Asyik
Kurang asik. Kata seseorang di media sosial tentang arus mudik lebaran tahun ini. Tak ada keluhan perjalanan mudik berjam-jam. Juga soal kemacetan haru biru yang mewarnai arus mudik dari Ibukota.
Yang ada justru saling pamer kecepatan sampai di kampung. Padahal, tidak ada laporan tentang penurunan arus mudik di banding tahun sebelumnya. Semuanya berjalan lancar. Ada beberapa kecelakaan, tapi tak seperti biasanya.
Keluhan harga-harga pokok yang melonjak juga tidak ada. Padahal, sebelumnya pemerintah selalu dibikin repot dengan melonjaknya harga menjelang ramadhan dan lebaran tiba. Sekali lagi kurang seru. Kurang rame. Minim bahan untuk membuly pemerintah.
Kalau ada keluhan justru harga tiket pesawat yang melonjak. "Ini berarti sudah meningkat. Dulu dikeluhkan harga bahan pokok. Kini mengeluhkan tiket pesawat yang memang menjadi tumpangan orang kaya," kata orang lainnya.
Mengapa arus mudik sekarang relatif lancar? Apakah memang jumlah pemudik berkurang? Atau karena perkembangan infrastruktur jalan yang telah memberikan banyak pilihan bagi pemudik? Atau dan atau lainnya?
Memang belum ada pengumuman resmi tentang jumlah pemudik sekarang. Hanya diperkirakan naik belasan persen dibanding lebaran tahun lalu. Lantas kemana para pemudik tersebut kok nggak bikin macet jalanan.
Memang kemacetan tidak terjadi di titik-titik yang menjadi pusat kemacetan arus mudik selama ini. Namun suasana kepadatan lalu lintas justru terasa di kota-kota kecil akibat bertambahnya volume kendaraan dari luar kota.
Saya merasakan kepadatan itu di Jogjakarta dan Purwokerto. Juga saat perjalanan dari Jogja ke Purwokerto sejak 4 hari sebelum hari raya. Pusat-pusat perbelanjaan dan pusat kuliner juga penuh sesak. Ini mengindikasikan tidak ada masalah dengan daya beli.
Kembali ke soal arus mudik. Menurut saya, lancarnya arus mudik lebaran tahun ini akibat pembangunan infrastruktur dan manajemen lalu lintas. Terselesaikannya jalan tol trans Jawa ikut andil banyak dalam mengurai kemacetan di jalan selama arus mudik.
Jalan tol memang berbayar. Tapi itu menjadi pilihan bagi pemudik. Jika tak ingin keluar banyak uang, mereka bisa memilih jalan arteri yang jadi jalur mudik selama ini. Kalau pingin bebas hambatan, bisa gunakan jalan tol kini hampir tembus Jakarta-Banyuwangi.
Namun, penambahan infrastruktur jalan tol ini belum cukup tanpa diimbangi manajemen arus lalu lintas yang memadai. Tahun ini, Jasa Marga sebagai operator jalan tol menambah banyak pintu di gerbang tol Cikampek dalam jumlah cukup. Ini mengurangi penumpukan di pintu masuk.
Jika tak ingin keluar banyak uang, mereka bisa memilih jalan arteri yang jadi jalur mudik selama ini. Kalau pingin bebas hambatan, bisa gunakan jalan tol kini hampir tembus Jakarta-Banyuwangi.
Masih ditambah lagi dengan kebijakan contra flow di ruas Cikampek-Cirebon. Ruas ini yang biasanya menjadi drama kemacetan luar biasa di saat puncak arus mudik. Rasanya ini merupakan kebijakan cerdas saat penumpukan kendaraan bermotor mencapai puncaknya.
Tentu setiap perubahan selalu menelan korban. Dengan tersambungnya jalan tol trans Jawa, persoalan rutin yang menahun tentang arus mudik mulai terpecahkan. Di sisi lain, banyak juga yang kehilangan mata pencarian karena perubahan ini. Misalnya, para pedagang di jalur konvensional yang selama ini memperoleh berkah mudik tahunan.
Namun, kini pemerintah layak memikirkan satu langkah berikutnya. Yakni bagaimana mengurangi volume kecelakaan lalu lintas yang masih mewarnai satiap musim mudik tiba. Saya yakin kita akan bisa.
Biarlah kini mudik berlangsung tanpa gaduh karena makin lancar. Tidak asyik tak apa-apa. (Arif Afandi)