Mudahkan Petani, Mahasiswa UKWMS Ciptakan Penyiram Otomatis
Sudah menjadi rahasia umum jika model penggarapan pertanian di Indonesia masih banyak yang tradisional. Makanya tak heran jika banyak mengandalkan tenaga manusia untuk penggarapan. Mulai penanaman awal maupun perawatan. Model pertanian semacam ini tentunya sangat membutuhkan tenaga manusia dan memakan waktu. Di sisi lain, juga dianggap kurang efisien.
Berangkat dari latarbelakang seperti itu, lima orang mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), jurusan teknik elektro membuat sprinkle air otomatis (alat penyiram otomatis). Adalah Muhammad Bilal Sulaiman Bahari, Laurentius Nico Waskitha, Robby Jeremia Arung Laby, Ahmad Hasan Khusaini dan Fian Agustino Wicaksono yang menciptakan alat penyiram otomatis ini.
"Alat ini bisa untuk mengairi sawah atau menyiram taman dengan otomatis. Alat ini bisa diatur suhu dan kelembapannya agar bisa dipakai semua jenis tanaman," kata salah satu perwakilan tim, Muhammad Bilal Sulaiman Bahari.
Bilal biasa ia disapa mengatakan, ide awal pembuatan alat ini ialah dari saran dosen untuk judul skripsinya. Dari sini, kata Bilal, ia dan timnya mulai Januari 2019 merancang mekanisme dari alat tersebut.
"Total tiga bulan, waktu yang dibutuhkan untuk membuat alat ini," imbuh mahasiswa semester 9 ini.
Bilal mengungkapkan, alat ini dirancang sesederhana mungkin untuk digunakan oleh para petani. Jadi, ada semacam remote controlnya untuk mengatur suhu dan tembakan air yang dibutuhkan pada tanaman.
"Paling jauh alat ini bisa menyiram dengan radius 15 meter. Alat ini juga didesain portable agar bisa memudahkan untuk dibawa berpindah-pindah tempat," jelas Bilal.
Menurut Bilal, kesulitan yang dihadapi oleh timnya ialah menentukan sensor yang bisa digunakan di luar ruangan.
"Sebelumnya sensornya hanya bisa digunakan di dalam ruangan. Kami harus menemukan diapakan ya sensor ini agar bisa dibuat di luar ruangan,"ungkap Bilal.
Sementara, Andrew Joewono,ST,MT,IPM dosen teknik elektro selaku dosen pembimbing tim ini mengungkapkan, selama bimbingan kendala mahasiswanya adalah tidak mengenal bahan serta tidak mengenal pengunaan alat ini secara nyata.
"Tapi karena semangat anak-anak ini cukup tinggi mau mencari tahu terus, akhirnya tercipta alat ini. Yang dirakit selama dua bulan dan menyelesaikan mekanismenya selama satu bulan," papar Andrew.
Andrew Joewono mengatakan, alat ini akan diujicobakan di salah satu desa di Situbondo. Agar dapat dapat diketahui hasilnya dan apa yang harus diperbaiki.
"Kedepanya kami juga ingin bersinergi dengan departemen terkait, supaya masyarakat luas bisa menikmati manfaat alat yang diproduksi oleh anak negeri ini," harap Andrew.
Diketahui inovasi ini berhasil menjadi juara 1 Kompetisi Lomba Teknologi Tepat Guna Tahun 2019, Kategori Pengelolaan Lingkungan.
Advertisement