Muallaf Jahat, Fenomena Sejak Zaman Nabi hingga Problem Kekinian
Gelombang fitnah di Indonesia dirasuki pelbagai cara dan pelakunya. Melalui media sosial (medsos), pada akun youtube terutama, mereka menyebarkan kebencian. Kebencian terhadap pihak lain yang tak sepaham, juga pihak lain yang beda dengan pilihan politiknya.
Sayangnya, pelakunya juga di antaranya dari kalangan muallaf. Lho, kok? Ya, memang begitu faktanya.
Untuk memahami hal itu, berikut catatan Ustadz H Ahmad Sarwat, Lc, seorang pakar Islam yang menulis fenomena "Muallaf Jahat:
Di zaman aneh ini kita ketemu fenomena aneh. Bermunculan muallaf yang sesat.
Muallaf sesat? Maksudnya bagaimana? Bukankah muallaf itu orang yang dapat hidayah dari Allah?
Begini ya. Disebut muallaf itu artinya bukan orang yang dapat hidayah. Muallafi itu diambil dari ayat Al-Quran, yang bicara tentang orang kafir, tidak mau masuk Islam, dan ulahnya bikin pusing Nabi Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
Seharusnya kalau tidak mau masuk Islam, ya sudah. Nggak usah pakai acara ngerjain umat Islam. Nah mereka ini memang menyebalkan sekali. Sudah tidak mau masuk Islam, kerjaannya menggangu umat Islam. Ada-ada saja ulah mereka yang nyebelin itu.
Lalu Nabi Saw mengenali karakteristik mereka, yaitu "UUD" alias ujung-ujungnya duit. Dikasih duit ternyata mereka diam dan langsung bersahabat. Duitnya diambilkan dari jatah zakat.
Kebetulan ayat yang bicara 8 asnaf zakat menyebutkan istilah : wal muallafati qulubuhum. Maksudnya ya mereka itu yang susah ditaklukkan kecuali pakai bahasa universal berupa uang.
Kalau pakai istilah kita zaman sekarang, ulah kelompok kafir yang satu ini hanya bisa didekati lewat KUHP. Kasih uang habis perkara.
Sampai Rasulullah SAW wafat, mereka tetap dapat jatah preman dan gak juga masuk Islam. Di masa Abu Bakar pun mereka masih minta 'jatah', walaupun sempat diprotes sama Umar. Tapi hati Abu Bakar memang lembut.
Ketegasan Khalifah Umar bin Khattab
Giliran Umar naik jadi khalifah, habislah para muallaf alias preman jahat itu dilucuti. Umar menolak mentah-mentah mereka. Tidak ada lagi jatah-jatahan. Kalian mau sampai kapan jadi perseman tukang palak?
Disuruh masuk Islam nggak mau. Maunya minta jatah preman melulu. Apa-apaankalian? Sudah pulang sono gih, atau kita perang saja sekalian. Biar kita tebas batang leher kalian satu per satu.
Hehe Umar kok dilawan?
Siapa yang berani lawan Umar. Dan sejak itulah jatah zakat untuk para muallaf dicoret. Sejak itu tidak ada lagi asnaf buat para muallaf. Karena pada dasarnya mereka itu penjahat, preman tukang palak.
Urusannya cuma duit, duit dan duit. Masuk Islam nggak mau, maunya minta duit zakat. Apa namanya kalau bukan preman?
oOo
Makna Muallaf dalam Pengertian Luas
Namun di masa berikutnya, sebagian ulama ada yang coba meluaskan makna muallaf menjadi makna lain, yaitu orang miskin yang baru masuk Islam.
Maka bergeserlah makna muallaf yang asli di zaman Nabi SAW dan para shahabat menjadi makna yang jauh sekali dari asalnya.
Di zaman Qur'an turun, muallaf itu orang kafir yang membandel nggak mau masuk Islam. Kerjasama merongrong terus, lalu hanya bisa ditaklukkan kalau mulutnya disumpal pakai duit.
Di masa berikutnya, muallaf itu berubah jadi orang yang dapat hidayah, masuk Islam, tapi bermasalah secara ekonomi. Karena itu perlu dibantu dari uang zakat.
Beda jauh kan? Tapi meski beda, tetap ada titik persamaannya. Apa?
Muallaf model kedua ini, kalau nggak dibantu pakai uang, dikhawatirkan bisa murtad lagi. Hohoho, ternyata si muallaf ini imannya tipis banget. Saking tipisnya sampai tembus pandang alias transparan.
Dan jawabannya sama yaitu KUHP. Kasih uang habis perkara. Kalau dikasih uang, imannya jadi tebal, lah kok begitu tidak dikasih, imannya langaung ambrol.
So, mau pakai makna muallaf di zaman Nabi dan shahabat, atau pakai makna di zaman berikutnya, istilah muallaf itu nggak ada bagus-bagusnya. Sama-sama matre dan mata duitan.
Maka saya kurang sependapat untuk menjuluki teman saya yang baru masuk Islam sebagai muallaf. Soalnya masuk Islamnya dengan dasar ilmu dan basik pengetahuan agama yang mantab. Imannya tidak perlu dibooster pakai uang.
oOo
Jadi Sasaran Penipuan
Kalau pun ada yang saya sayangkan, mereka ini sering jadi korban sasaran penipuan.
Mereka ingin belajar agama Islam, sayangnya seringnya malah ketemu calo liar yang tidak bertanggung-jawab.
Soalnya para calo itu pandai berkamuflase. Penampilannya lebih Arab dari orang Arab. Kesannya ahli Qur'an banget. Soalnya dikit-dikit ngutip ayat.
Jangan kan orang baru dalam agama Islam, kita-kita yang sudah puluhan tahun jadi orang Islam pun sering ketipu. Kita kirain si calo itu orang jujur dan ahli agama betulan, ternyata semuanya tipu-tipu.
Begitu dibandingkan dengan ahli ilmu agama yang betulan, ciri-ciri KW nya langsung kelihatan.
oOo
Muallaf Jahat, tak Mengerti Agama
Tapi korban sudah banyak berjatuhan. Calo-calo tukang tipu itu berhasil melahirkan tokoh jahat, yaitu muallaf yang tidak ngerti agama, lalu mereka induksi dengan ajaran sesat macam-macam.
Hasilnya ya muallaf Jahat versi modern. Lucunya para muallaf ini kok bisa-bisanya pada ceramah dan jadi tokoh agama.?
Tapi isi ceramahnya malah memaki-maki sesama umat Islam sendiri. Bahkan tidak jarang malah mengkafirkan kita-kita yang lahir sebagai muslim.
Dan bikin saya sakit perut, mereka sok bikin fatwa aneh-aneh, seolah-olah ahli syariah dunia akhirat. Sakitnya itu sampai melintir-mlintir.
Dan ciri yang paling khas adalah suka mencaci agama lamanya sendiri. Hehe langsung ketahuan KW-nya.
Memperluas wawasan pengertian Muallaf .. Muallaf adalah " preman " pada awalnya, kemudian baru diperluas kepada orang yang masih lemah imannya ...
*) Sumber: Media Watch PPM Aswaja
Advertisement