Mualaf Sering Dibully, Perlu Pendampingan dan Bimbingan
Umat muslim diharapkan menerima kehadiran mualaf, sebagai saudara baru seagama dan seiman dengan tulus. Dampingi dan bimbing mereka agar merasa teduh dan tenang dalam Islam, agama yang baru dikenalnya. Jangan dikucilkan dan dibully.
Pesan ini disampaikan oleh ketua pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat Setyanto P Santosa dalam Sarasehan Mualaf Center Sunda Kelapa, Minggu 25 September 2022.
Dikatakan tantangan yang dihadapi para mualaf cukup berat. Dimusuhi keluarga bahkan ada yang sampai kehilangan pekerjaan dan dijauhi rekan bisnis. "Para mualaf insyaallah tetap tegar menghadapi tantangan itu, sebab Allah telah menguatkan, serta menuntunnya menuju jalan kemenangan dunia akherat," kata Setyanto.
Karena itu dia berpesan kepada umat Muslim yang memeluk agama Islam sejak lahir, sambutlah kehadiran mualaf dengan suka cita, dampingi mereka untuk memperdalam ajaran Islam.
Dalam sarasehan mualaf ini menghadirkan dua nara sumber utama, yakni Pembina Rohani Masjid Sunda Kelapa Habib Husen Al Atas, yang mengupas tentang 'Ahlaq dan hak muslim dalam kehidupan'.
Narasumber yang kedua pembina mualaf Masjid Sunda Kelapa, Ustad Kainama. Nyong Ambon ini menyampaikan pandangan tentang 'Islam sebagai jalan kebenaran'.
Hingga saat ini mualaf yang bersyahadat di Masjid Sunda Kelapa tercatat lebih dari 20 ribu orang dari berbagai negara. Salah satunya adalah mantan Pendeta GPIB Agustinus Christoper Kainama, yang sekarang menjadi salah satu pembimbing Mualaf Center Sunda Kelapa.
Beberapa mualaf menyampaikan testimoni perlakuan masyarakat terhadap dirinya setelah masuk. Tidak semua menyambutnya dengan baik, ada yang membulinya, termasuk dari umat Islam sendiri. "Saya sempat diledek masuk Islam hanya pura-pura karena untuk kawin," kata Andreas. Ia masuk Islam tahun 2016, waktu yang membimbing bersyahadat Ustad Anwar Sujana, disaksikan Ustad Muhammad Kamil.
Anggie seorang mualaf menggaris bawahi testimoni yang disampaikan beberapa mualaf tentang perlakukan masyarakat tidak semua menerimanya dengan baik. Seperti yang dialaminya sendiri. "Alhamdulillah seluruh keluarga saya menerima dengan baik," kata sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor ( IPB). Di tempatnya bekerja di kawasan Sudirman ia diperlakukan dengan baik.
Meski bosnya orang asing, diperbolehkan memakai jilbab dan menjalankan ibadah dengan baik.
Anggi merupakan putri semata wayang pendiri Gereja Siloam Pos Pengumben Jalan Panjang Kelapa Dua Jakarta Barat. Ia bersyahadat di Masjid Sunda Kelapa sekitar tahun 2014.
Sementara Habib Husen Al Atas, mengingatkan jangan hanya berhenti sebagai mualaf, tapi harus ditindak lanjut dengan menjadi seorang mukalaf, yakni orang yang menjalankan hukum syar'i. "Sesudah mukalaf tingkatan berikutnya adalah mukallim, guru yang mengajarkan tentang kebaikan," pesan Habib Husen.
Sebab itu ia menyerukan kepada para mualaf atau orang yang baru masuk Islam, perilakunya harus lebih baik, kesalehan individu dan kesalehan sosial harus dijalankan seiring.
Dalam sarasehan ini ada kejadian yang menarik. Seorang peserta berasal dari singapura Go Yin Wei, menyatakan ingin masuk Islam dan minta dibimbing membaca dua kalimat syahadat.
Undangan menyaksikan dengan khusuk, bahkan ada yang menangis Yin dibimbing mengucapkan kalimat syahadat oleh Ustad Keinama, didamping Wakil dari Masjid Sunda Kelapa Anwar Sujana, sebagai saksi.
Salah seorang undangan dari pembimbing rohani Majelis Taklim Assalam, Kebun Jakarta Barat, Ustad Abdurrohim mengatakan banyak pelajaran serta pengalaman yang didapat dari sarasehan ini. Tahu suka dukanya seorang mualaf.
Advertisement