MotoGP Mandalika Bukan Pesta Sesaat
Tiga bulan lagi, Indonesia jadi tuan rumah penyelenggaraan salah satu seri MotoGP di kalender musim 2022. Tepatnya digelar pada bulan Maret 2022. Indonesia akan menjadi tuan rumah seri ke-2 MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, 18-20 Maret 2022.
Ini adalah balapan Indonesia GrandPrix pertama sejak 1997. Ketika itu, Indonesia GP diselenggarakan di Sirkuit Internasional Sentul. Namun karena krisis ekonomi 1997-1999 dan kurangnya perbaikan untuk sirkuit modern, Sentul tak pernah lagi selenggarakan balapan kelas dunia. Baik MotoGP ataupun F1.
Dua puluh lima tahun setelah balapan terakhir di Sentul, Indonesia siap menjadi tuan rumah kali ini. Di sirkuit yang baru. Yang lebih megah. Lebih estetik. Lebih menjual. Dibangun dengan cepat di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Sirkuitnya bukan seperti Sentul yang ‘tertutup’, Mandalika mengusung sirkuit jalanan. Dengan arti, jika MotoGP telah usai, track itu bisa digunakan untuk mendukung mobilisasi masyarakat umum. Layaknya Marina Bay Circuit Singapura dan Monte Carlo Monaco.
Evaluasi Besar
Namun Indonesia jangan senang dulu. Menjadi tuan rumah gelaran MotoGP tidak gampang. Masih banyak evaluasi yang harus diperbaiki pasca gelaran World Superbike beberapa bulan lalu. Mulai dari Marshall, kesiapan area di sekitar sirkuit, infrastruktur pendukung, hingga ‘kejahilan’ buka-membuka box tim MotoGP.
Kesalahan itu harus diperbaiki. Jangan membuat malu nama Indonesia yang sudah terlalu besar.
Meski MotoGP digelar pada bulan Maret, yang artinya sudah mulai memasuki musim kemarau, namun bisa saja hujan akan turun lagi. Seperti WSBK kemarin. Hujan deras. Sekitar sirkuit bermasalah. Adanya genangan air, drainase yang tak apik, hingga infrastruktur jalan di sekitar sirkuit yang berlumpur.
Lumpur di luar sirkuit jadi jebakan batman bagi penonton. Perjuangan keluar sirkuit banyak diceritakan penonton balapan waktu itu. Keluar sirkuit harus cincing celana dan copot sepatu. Padahal niatnya nonton balapan, bukan mau ikut rafting di sungai.
Presiden Jokowi juga menyemprit agar MotoGP dilakukan secara matang. Jokowi meminta para menteri dan stakeholders untuk meninjau kembali aspek-aspek penting terkait persiapan sirkuit Mandalika. Aspek yang ditekankan Jokowi terutama pada persiapan bongkar muat logistik pihak tim-tim pembalap MotoGP.
"Untuk loading dan unloading logistik bagi tim yang berlaga. Jangan sampai isu kecil-kecil seperti kemarin di superbike ada kesalahan dalam membongkar logistik tanpa seizin tim sehingga menjadi suaranya menjadi ke arah yang negatif,” papar Presiden Jokowi.
Dengan peluit yang dibunyikan Presiden Jokowi itu, rasanya semua pihak sudah harus sadar bahwa gelaran MotoGP itu bukan pesta semalam saja. Namun akan disorot oleh seluruh pihak hingga berhari-hari. Bahkan menahun. Bukan hanya dari Indonesia saja. Tapi juga seluruh dunia.
Salah sedikit, buruk sedikit, dampaknya besar. Indonesia akan dipandang sebelah mata di kemudian hari.
Bukan hanya susah jadi tuan rumah MotoGP lagi. Tapi bisa menjadi evaluasi jika Indonesia mau menyelenggarakan event besar dunia. Seperti Piala Dunia atau Olimpiade atau F1.
Pembalap Tuan Rumah
Masalah evaluasi teknis adalah hal penting. Tapi juga ada hal penting lainnya yang harus dilihat oleh Presiden Jokowi dan semua stakeholder. GP Indonesia itu bukan pesta pernikahan, sunatan, atau sweet seventeen yang digelar dalam satu malam. Dan setelahnya tak ada pesta lanjutan. Tapi harus jadi pesta yang berkelanjutan.
Indonesia harus bisa jadi tuan rumah MotoGP lagi untuk tahun 2023 dan seterusnya. Jangan kalah dengan Singapura yang menjadi tuan rumah reguler F1. Atau dengan ‘musuh bebuyutan’ Malaysia, yang sirkuit Sepang menjadi pilihan pasti MotoGP.
Untuk penyelenggaraan yang berkelanjutan itu, bukan hanya dibutuhkan infrastruktur yang baik dan cantik. Tapi didukung seluruh hal. Termasuk juga pembalap.
Apa serunya jadi tuan rumah MotoGP tanpa ada perwakilan Indonesia di balapan kuda besi itu? Kurang greget rasanya bagi sebagian orang. Dan itulah poin pentingnya. Jokowi dan pihak di sekitarnya harus tahu rasanya seorang atlet atau olahragawan yang bermain di rumah sendiri. Di kandang sendiri.
Seperti Persebaya Surabaya misalnya. Mereka akan lebih ngotot dan ngosek jika bermain di kandangnya. Entah itu di Gelora 10 November atau di Gelora Bung Tomo. Seluruh pemain mengeluarkan kekuatan penuh. Ingin menang. Juga tak ingin dihujat fans. Tak ingin malu di depan ‘saudara’ sendiri.
Dan itu harus ada di MotoGP. Jadi tuan rumah seri MotoGP, ditunjang dengan adanya pembalap di MotoGP. Kenikmatan yang lipat ganda. Bendera Indonesia berkibar dengan bangga. Dengan adanya pembalap di MotoGP, Indonesia bisa selangkah lebih di depan ketimbang Singapura dan Malaysia yang jadi tuan rumah saja.
Memang saat ini ada Mario Aji yang akan turun ke jalanan di Moto3 bersama Honda Asia Team. Namun Indonesia harus naikkan kelas. Dari Moto3, ke Moto2, dan MotoGP. Jika memungkinan, di 3 jenjang itu minimal ada satu pembalap tanah air.
Bisakah Presiden Jokowi, Pertamina, dan stakeholder lainnya mewujudkan itu? Kita lihat usai Seri 2 MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika.
Advertisement