Motif Tentara Gila Tembak Mati 26 Orang di Thailand
Jakraphanth Thomma, seorang anggota militer Thailand, menembak mati komandannya sebelum mencuri senjata dari kamp militer di Thai City, di Nakon Ratchasim. Pelaku lantas menembaki pengunjung di sebuah pusat perbelanjaan dan jalanan setempat, dan menewaskan 26 orang. Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menduga jika perilaku pelaku dipicu kejadian sebelumnya.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 8 Februari 2020, di Kamp Militer Suatham, yang dipimpin komandan bernama Kolonel Anantharot Krasae. Anantharot ditemukan tewas bersama mertua perempuannya yang berusia 63 tahun, dan seorang tentara.
Pelaku kemudian membawa kabur senjata dan sejumlah amunisi serta membajak sebuah mobil Humvee dari kamp tersebut. Ia kemudian melepas tembakan di sejumlah lokasi, sebelum tiba di Terminal 21, pada Sabtu, 8 Februari 2020, sekitar pukul 18.00.
Video setempat menunjukkan jika ia keluar dari kendaraanya sambil melepas tembakan ke arah sekelompok orang. CCTV menunjukkan jika pelaku juga melepas tembakan di dalam mal.
Sejumlah suara tembakan terdengar dari sebuah gedung pertokoan. Aparat kemudian mencari sumber suara dan mengepung gedung untuk mencari pelakunya. Sejumlah orang lantas dikeluarkan dari gedung, meski ada kekhawatiran jika pelaku menyandera penghuni gedung.
Informasi sebelumnya menyebut jika pelaku yang diidentifikasi sebagai laki-laki berusia 32 tahun sempat berusaha kabur lewat pintu belakang. Ibu pelaku juga sempat dibawa untuk membujuk anaknya agar menyerah.
Sekitar pukul 09.30, Minggu 9 Februari 2020, polisi mengkonfirmasi jika pelaku telah ditembak mati, meski tak ada detil kronologi peristiwa penembakan itu.
Sebelum serangan terjadi, pelaku mengunggah status di Facebooknya, tentang apakah dia harus menyerah atau tidak. Unggahan sebelumnya bertulis “Waktu yang tepat untuk bersenang-senang”. dan “tak ada satu pun yang bisa menghindari kematian,”. Status itu diunggah bersama dengan gambar sebuah pistol dan tiga butir peluru. Facebook telah menurunkan status ini.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan jika korban bertambah, serta sekitar 57 orang terluka. “Ini sungguh di luar dugaan di Thailand, dan saya ingin ini menjadi krisis terakhir,” katanya, setelah mengunjungi sejumlah korban di Rumah Sakit Nakhon Ratchasima.
Menurutnya, pelaku melakukan tindakan brutal itu setelah menjadi korban penipuan dalam sebuah perjanjian kepemilikan properti.
Menteri Kesehatan Publik Anutin Charnvirakul mengunggah status di Facebooknya pada Minggu pagi, memberikan ucapan selamat pada pasukan militer di selatan Thailand. “Terima kasih polisi dan tentara yang tekah mengakhiri situasi. Tembak mati pelakunya!!", diterjemahkan dari BBC.