Motif Pembunuhan 4 Anak Tak Logis
Oleh: Djono W. Oesman
Hasil visum psikiatrikum Panca Darmansyah, 41, tersangka pembunuh empat anaknya, diumumkan Polres Metro Jakarta Selatan, Kamis (21/12). Hasilnya: Panca tidak gila. Polisi mengatakan, ia layak diproses hukum. Pembunuhan empat anaknya itu direncanakan.
—----------
GILA atau tidaknya tersangka pembunuh sangat penting. Jika gila, berdasar KUHP, ia tidak layak diproses hukum, maka dimasukkan RS jiwa. Penilainya adalah dokter ahli jiwa RS Polri (di Jakarta, RS Polri Kramatjati). Ahli diberi waktu 14 hari mengevaluasi Panca.
Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Henrikus Yossi kepada wartawan mengatakan:
“Berdasarkan informasi awal yang diterima penyidik dari tim dokter Rumah Sakit Polri Kramat Jati, yang bersangkutan layak diproses hukum atau melaksanakan segala proses penegakan hukum.”
Dilanjut: “Baik fisik maupun kejiwaannya dianggap layak untuk dilakukan proses hukum. Tetapi hasil lengkap secara detil masih disusun tim dokter.”
Semula penyidik mencurigai Panca gila. Hasil penyidikan, ia bukan saja membunuh empat anaknya, tapi juga dilakukan secara tidak normal. Ada tiga hal tidak lazim:
Minggu, 3 Desember 2023, antara pukul 13.00 sampai 14.00 WIB. Empat anaknya: VA, 6, S, 4, A, 3, dan AS, 1. Nomor satu dan dua perempuan, sisanya laki.
Tidak lazim pertama, empat anak itu dibekap mulut dan hidung, dimulai dari si bungsu, berurutan sampai sulung. Semua anak melihat proses itu. Berarti, mereka tahu sedang menunggu giliran dibunuh. Anak sulung dan nomor dua sudah berontak keras.
Ke dua, proses itu direkam video HP, mulai sebelum, saat pembunuhan sampai sesudahnya.
Ke tiga, setelah anak-anak itu meninggal, jasadnya diatur terlentang di ranjang berurutan, mulai bungsu mepet dinding tembok, dan seterusnya. Lalu, Panca memunguti mainan mereka di lantai, dan disandingkan pada jenazah, sesuai mainan masing-masing ketika masih hidup.
Itu seperti orang terganggu jiwa. Maka, tersangka wajib visum psikiatrikum.
Ternyata Panca normal. Selain berdasar hasil visum, juga logika kronologi dan analisis motif. Menunjukkan cara pikir tersangka logis.
Kompol Yossi: “Pembunuhan itu direncanakan tersangka sehari sebelumnya. Beberapa saat setelah ia menganiaya isteri (Devnisa Putri, 27) sehingga dilarikan ke RS Pasar Minggu (Jakarta Selatan) pada Sabtu, 2 Desember 2023 dini hari. Lalu tersangka berada di rumah dengan empat anaknya. Saat itulah ia niat membunuh.”
Bahwa pembunuhan dilaksanakan sehari kemudian, karena tersangka masih memikirkan cara pembunuhan.
Motif pembunuhan, menurut pengakuan tersangka ke penyidik, sama dengan KDRT terhadap Devnisa: Panca cemburu, Devnisa diduga selingkuh. Soal selingkuh tidak diungkap detil oleh penyidik. Mungkin demi privasi korban. Tapi pasti akan diungkap di pengadilan.
Pertanyaan: Kok, cemburu pada isteri lalu semua anak dibunuh?
Yossi: “Menurut pengakuan tersangka, biar sekalian isterinya bebas selingkuh. Tanpa direcoki semua anak, tanpa suami, karena tersangka juga melakukan percobaan bunuhdiri, mengiris nadi lengan, tapi cuma terluka.”
Maka tersangka dijerat Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman hukuman mati, atau penjara seumur hidup, setidaknya 20 tahun penjara.
Motif itu terasa janggal. Tapi dalam teori kriminologi itu disebut Altruistic Filicide. Altruistic, mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Filicide berasal dari Bahasa Latin, filius dan filia (putra dan putri). Ditambah akhiran: Cide, dari kata Caedere (menebang) berarti membunuh. Filicide: Pembunuhan anak.
Pelopor teori Filicide, DR Phillip J. Resnick, pakar psikiatri forensik dari University Hospitals Cleveland Medical Center, Ohio, Amerika Serikat. Teori itu dicetuskan 1969.
Resnick dalam bukunya berjudul, Child murder by parents: A psychiatric review of filicide (1970) menyebutkan, bahwa ada lima motif filicide. Termasuk altruistic. Lengkapnya, ini: 1) Altruistic. 2) Acutely psychotic filicide. 3) Unwanted child filicide. 4) Accidental filicide. 5) Spouse revenge filicide.
Altruistic. Orang tua (bisa ayah atau ibu) memnunuh anak, karena orang tua percaya bahwa dunia ini terlalu kejam bagi anak. Dalam pandangan pelaku, anak-anak bakal menanggung penderitaan di masa dewasa. Bisa dimaksudkan, bahwa hidup semua manusia dewasa penuh problem.
Dari perspektif pelaku, pembunuhan anak dianggap demi kepentingan terbaik anak. Daripada anak-anak itu kelak hidup susah, lebih baik dibunuh.
Altruistic dibagi dua: A) Orang tua ingin bunuhdiri. Maka, sekalian mengajak (membunuh) anaknya, daripada kelak hidup susah.
B) Tindakan yang dimaksudkan meringankan penderitaan anak. Khusus pada anak cacat fisik atau mental. Daripada kelak anak hidup susah, lebih baik dibunuh.
Acutely psychotic filicide. Orang tua membunuh anak, karena gila. Lanjut: Unwanted child filicide. Pelaku menganggap anak jadi penghalang. Atau pelaku mendapat manfaat dari pembunuhan itu. Misal, orang tua akan kawin lagi, tidak disetujui anak.
Accidental filicide. Orang tua menganiaya anak, tahu-tahu kelewwatan sampai anak mati. Tidak sengaja. Terakhir: Spouse revenge filicide. Pembunuhan anak, karena pelaku balas dendam terhadap pasangan. Misal: Isteri selingkuh, sebagai balas dendam suami bunuh anak.
Berdasar hasil riset dilakukan Resnick di tahun itu di Amerika Serikat, terbanyak motif altruistik. Sekitar 49 persen dari filicide. Sedangkan paling sedikit, motif balas dendam pasangan, sekitar 2 persen dari seluruh filicide.
Di kasus Panca, berdasar pengakuan Panca ke polisi, seolah tergolong motif altruistik. Tapi, rupanya tidak tepat. Ia membunuh bukan demi kebaikan anak, melainkan, katanya, demi kebaikan isteri (biar bebas selingkuh).
Sebaliknya, jika demi kebaikan isteri, juga tidak tepat. Mengapa ia cemburu isteri selingkuh? Mengapa tidak diikhlaskan saja, kalau demi kebaikan isteri? Jadi, pengakuan Panca pada polisi, kontradiktif antara motif sesungguhnya dengan motif dalam pengakuan.
Motif Panca lebih tepat pada teori nomor lima: Spouse revenge filicide, atau balas dendam pasangan, karena pasangan selingkuh. Akibatnya pelaku membunuh anak yang dilahirkan dari isteri selingkuh. Biar isteri menderita seumur hidup, mengenang kematian empat anak itu.
Seumpama tersangka terbukti bermotif sesungguhnya (masuk teori nomor lima) maka terungkap, kekejaman luar biasa. Kekejaman dobel. Terhadap isteri dan terhadap empat anak, yang kesempatan hidup mereka dimatikan gegara tersangka cemburu pada isteri.
Pembuktian motif bakal diungkap di persidangan, kelak. Apa pun motif, pembunuhan itu sangat kejam. Berdasar teori, juga rasa keadilan.