Motif Batik Lasem Dikenal Hingga Asia
Sebagai seorang pengajar seni rupa, Usman menginginkan adanya motif batik lokal yang menjadi ciri khas Lasem. Hal itulah yang mendorong dirinya untuk mendirikan usaha Batik Lasem Art.
Jiwa seni itulah yang mendorongnya terus bereksplorasi untuk menemukan motif paling identik dengan wajah Lasem. Hingga akhirnya ia menemukan motif Rumput Laut dan Latohan.
Dua motif ini dinilai paling pas menggambarkan Lasem sebagai daerah pesisir. “Motif ini mendapat respons yang bagus sehingga bisa berkembang sampai sekarang,” ujarnya.
Usaha yang ia dirikan pada 2004 itu mulai berkembangan pesat. Kepak usaha rumahan ini pun terus membesar. Kualitas dan kekuatan motif menjadi salah satu andalan untuk mencuri hati konsumen, kendati hanya dipasarkan secara door to door.
Produk Batik Lasem ini tak hanya ia pasarkan di sekitar Lasem dan sekitarnya saja. Tapi telah tersebar luas di Jawa Tengah, Jogjakarta hingga Jakarta. Tak hanya itu, Batik Lasem Art juga mulai dipasarkan melalui online lewat Blackberry Messenger (BBM), WhatsApp, Line, Facebook, dll.
“Kami juga memiliki blog sendiri. Tapi penyumbang penjualan terbesar tetap pasar offline,” ungkapnya.
Setahun terakhir produk-produk Batik Lasem Art ini mulai go international dengan masuk ke pasar Hong Kong dan Singapura. Hanya saja, upaya melempar produk ke negeri jiran tersebut tak dilakukan langsung oleh Usman.
“Kalau ke Hong Kong lewat salah satu trader di Magetan. Sedang di Singapura lewat teman pengusaha di Cilacap,” bebernya.
Selain motif lokal yang dapat respons bagus, pasar kedua negara tersebut juga cukup familiar dengan beberapa corak andalan. Di antaranya sekar jagad, lerek, kawung, bedak, gunung ringgit, bledak tumpal, naga lokcan, tiga negeri dan es teh.
Walau tak bisa direct selling, Usman tetap bangga. Setidaknya, respons positif di pasar kedua negara tersebut makin mempertebal keyakinan bahwa usaha ini sudah berada di track yang tepat.
Apalagi, dukungan penuh diberikan Semen Indonesia yang menjadikan Batik Lasem Art sebagai salah satu mitra binaan. Diakuinya, Semen Indonesia turut berperan besar menjadikan usaha keluarga ini tumbuh berkembang seperti sekarang.
Bergabung pada 2009 lalu, Usman awalnya tak terlalu bergairah menyambut uluran tangan Semen Indonesia. Maklum, saat itu, usaha ini masih dikelola secara tradisional.
“Terus terang, waktu itu agak kurang pede juga. Kira-kira apa usaha ini layak menjadi mitra binaan perusahaan sebesar Semen Indonesia?” kisahnya.
Kekhawatiran ini terpatahkan. Setelah resmi gabung, usaha ini mendapatkan banyak keuntungan dan kemudahan. Tidak saja dukungan finansial, Semen Indonesia juga memberikan berbagai pelatihan, antara lain manajemen pemasaran, keuangan, peningkatan kualitas produk, sampai disertakan dalam pameran di beberapa kota di Indonesia.
Seiring dengan itu, omzet penjualan pun terdongkrak. Dari awalnya berkisar pada jutaan rupiah, kini sebulan Batik Lasem Art mampu mendulang pendapatan antara Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Angka yang tak pernah dibayangkan Usman saat merintis usaha ini. (*)