Monyet Rusak Tanaman Petani di Banyuwangi karena Cari Makanan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyebut hewan yang merusak tanaman pertanian di wilayah Desa Kemiren dan Tamansuruh, Banyuwangi adalah kawanan monyet ekor panjang atau dikenal dengan MEP (sebelumnya ditulis kera ekor panjang). Kawanan MEP ini, awalnya mungkin datang ke sana untuk mencari makanan.
“Kemungkinann monyet itu kekurangan stok makan di habitatnya,” jelas Kasi Konservasi BBKSDA wilayah V Banyuwangi, Purwantono, Kamis, 24 November 2022.
Dia menjelaskan, untuk memastikan penyebabnya menurut Purwantono, perlu dilakukan analisis lebih dalam berkaitan asal mula kedatangan monyet tersebut di wilayah tersebut. Apalagi menurut petani kawanan monyet itu sudah bertahun-tahun merusak tanaman warga.
“Apakah dulunya memang itu habitatnya ataukah monyet itu turun dari hutan mencari makan sampai ke sana,” katanya.
Kawanan monyet yang berjumlah ratusan ini kemungkinan bertahan di sekitar lokasi tersebut karena ada petani yang menanam kebutuhan makanan mereka. Hewan itu, lanjutnya, memiliki kebiasaan jika menemukan sumber makanan di satu tempat atau diberi makan oleh penduduk. Maka kawanan hewan itu kembali lagi. “Sepertinya itu sudah bertahun-tahun, sudah menjadi kebiasaan mereka dan mungkin merasa nyaman hidup di situ,” terangnya.
Para petani di wilayah Desa Kemiren dan Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi selama beberapa tahun belakangan dibuat resah dengan adanya kawanan monyet ekor panjang yang menjarah dan merusak tanaman pertanian.
Kawanan monyet yang berjumlah ratusan sampai ribuan ini menjarah semua jenis tanaman pertanian milik petani. Mulai pisang, ubi, buah-buahan hingga tanaman padi. Ubi dan tanaman buah-buahan selalu habis dijarah kawanan monyet. Sehingga warga tidak pernah mendapatkan hasil.
“Ini sudah menjadi hama, kalau dibiarkan orangnya gak makan,” jelas Katemi, seorang petani warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Rabu, 23 November 2022.
Petani lainnya, Mislan, 60 tahun, warga Desa Kemiren, menjelaskan, kawanan kera ini lebih banyak menyerang area persawahan dan kebun yang berada jauh dari jalan raya. Sehingga petani yang sawah dan kebunnya berada di pinggir jalan atau dekat dengan tempat manusia beraktivitas tidak pernah diganggu kawanan kera ini.
Dia menyebut, tidak hanya sawah atau kebun yang berada di wilayah Desa Kemiren saja, ada juga sawah dan kebun yang masuk wilayah Desa Kenjo, Tamansuruh dan Glagah. Mereka datang saat petani sudah pulang dari sawah atau kebunnya. Meski datangnya saat petani tidak ada, namun jika terpergok oleh pemiliknya tidak jarang kera ini melakukan perlawanan.
“Selama ini, petani hanya bisa pasrah,” jelasnya