Momok Saat Musim Hujan, Pemkot Bertahap Ganti Pohon Sono
Dalam tiga hari terakhir, puluhan pohon di Kota Surabaya tumbang. Penyebabnya, hujan deras dan angin kencang yang melanda Kota Pahlawan dalam satu minggu terakhir.
Nahas, pada Senin 6 Januari 2020, pohon tumbang di Kota Surabaya harus memakan korban. Sepasang suami istri harus terenggut nyawanya karena tertimpa penghasil oksigen kota tersebut.
Menurut data dari petugas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya di lapangan, pohon yang tumbang tersebut berjenis angsana atau lebih sering disebut sono oleh masyarakat Surabaya.
Usut punya usut, pohon sono memang terkenal gampang roboh, apalagi jika ditanam di perkotaan seperti Surabaya. Akarnya yang tidak bisa 'menusuk' ke bawah sering merusak aspal dan juga pedestrian atau trotoar.
Menurut data dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, pohon jenis angsana atau sono di Surabaya sudah ditanam sejak tahun 1970-an. Pemilihan pohon tersebut oleh Pemkot Surabaya saat itu lantaran pohon tersebut cepat besar dan lebat, sehingga bisa membuat rindang jalanan Kota Surabaya yang panas.
Sejak saat itu, pohon sono selalu menjadi momok bagi Kota Surabaya di saat musim hujan tiba, apalagi jika disertai angin kencang. Akarnya yang tak bisa 'mengunci' tanah, membuat pohon rindang itu akhirnya roboh akibat diterjang angin.
Berdasarkan pengalaman tersebut, menurut Kabid Ruang Terbuka Hijau dan Penerangan Jalan Umum DKRTH Surabaya Hendri Setianto, secara bertahap Pemerintah Kota Surabaya mulai mengganti pohon sono dengan pohon jenis lainnya.
Sehingga saat hujan tiba, diharapkan tidak akan ada lagi pohon yang tumbang karena akar tak kuat menahan hembusan angin kencang.
"Pohon sono ditanam oleh Pemkot sekitar tahun 1975 untuk penghijauan. Namun, setelah itu kita tidak pernah menanam pohon sono lagi. Sekarang kita tanam pohon penghijauan dengan jenis lain seperti mahoni, trembesi, tanjung, bunggur, satudea, flamboyan, tabebuya, dan lainnya. Dengan pengalaman itu, kita sudah tidak pernah menanam pohon sono lagi," kata Hendri kepada Ngopibareng.id, Rabu 8 Januari 2020 di Balai Kota Surabaya.
Ia mengatakan, hingga tahun ini Pemkot Surabaya sudah menanam ribuan pohon pengganti pohon sono di semua sudut Kota Surabaya. Selain estetika, penanaman pohon jenis lain juga karena faktor keamanan.
"Tanaman sono kita ganti secara bertahap. Kita sisipkan tanaman pengganti diantara tanaman sono. Sekarang sudah ribuan yang kami tanam untuk menggantikan pohon sono," katanya.
Menurut Hendri, pemilihan jenis lain seperti mahoni, trembesi, tanjung, bunggur, satudea, flamboyan, dan lainnya dikarenakan pohon-pohon tersebut cocok dengan kondisi tanah dan air tanah di Kota Surabaya yag cenderung asin. Selain itu, akar pohon jenis tersebut bersifat 'menusuk' ke bawah tanah, bukan seperti sono yang menjalar tak beraturan dan tidak kuat.
"Kami memilih pohon-pohon tersebut karena faktor akarnya yang cukup kuat. Selain itu mereka cocok dengan kondisi Surabaya yang semi pesisir ini. Kami juga kondisikan pohon tersebut tidak terlalu tinggi, agar beban pohon tak terlalu berat dan tidak membebani akar. Sehingga bisa lebih kuat saat musim penghujan seperti ini," katanya.