Momentum Hari HAM, Begini Pandangan Seniman Malang Soal HAM
Salah seorang seniman tradisional asal Malang, Sutak Wardiono atau yang akrab disapa Eyang Sutak memandang bahwa persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam kacamata kearifan lokal sering luput dari masyarakat luas.
Menurutnya, Indonesia terutama suku Jawa memiliki pandangan sendiri mengenai HAM. Bahkan nilai-nilai HAM itu sudah dipraktikkan oleh masyarakat Jawa sejak dulu.
"Orang Jawa telah menjaga kemanusiaan dalam perbuatan sehari-hari. Contohnya, pada zaman dahulu kalau ada yang kesusahan langsung gotong-royong, ikut bantu. Nah itu kan menjaga asasi manusia. Menjaga kemanusiaan dalam kehidupan," jelasnya pada Selasa 10 Oktober 2019.
Seniman ludruk dan karawitan tersebut menyatakan bahwa sejatinya HAM lahir dari diri sendiri.
"Hak seluruh manusia untuk menjaga kemanusiaan dalam diri sendiri. Agar manusia itu merasa ada kemanusiaan dalam dirinya dan dia merasa hidup," jelasnya.
Eyang Sutak mengatakan dalam lingkup kecil, masyarakat sebenarnya sudah mampu menjaga nilai-nilai HAM.
"Dalam entitas kecil, di lingkungan RT, secara tradisi mereka memiliki tradisi yang menjamin terselenggaranya HAM, contohnya nasehat yang diajarkan kepada kita sehari-hari, agar tidak melukai orang lain, kalau tidak mau dilukai. Itu kan moral paling dasar dalam menjaga kemanusiaan," tuturnya.
Bagi Eyang Sutak, jangan sampai kasus pelanggaran HAM yang saat ini lagi banyak dibicarakan membuat masyarakat melupakan nilai-nilai HAM dari kacamata kearifan lokal.
"Bagi Suku Baduy, Dalam, Sasak, perihal HAM itu sudah selesai. Barangkali memang referensi HAM yang digunakan terlalu logic sehingga aspek kehidupan natural lantas dilupakan," tegas pria berusia 58 tahun tersebut.
Menurutnya banyak kearifan lokal yang bisa saja dinilai sebagai pelanggaran HAM jika dilihat dari sudut pandang logika.
"Contoh jika seorang anak bertingkah ya harus ditampar. Dia harus dikenalkan oleh rasa sakit dan malu untuk membentuk anak itu ke depan agar tidak bertingkah lagi. Saya sendiri anti-kekerasan, tapi jika itu dinilai pelanggaran HAM saya rasa terlalu berlebihan," terangnya.
Eyang Sutak sendiri memiliki Studio Jiwa, di Jalan Candi Telaga Warna, Mojolangu, Kota Malang, sebagai tempat pementasan kesenian ludruk dan karawitan.
Advertisement