Momentum Bhinneka Tunggal Ika, Ini Pengalaman Gus Yahya
oleh: Yahya Cholil Staquf
SEGERA seusai Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, pada 2015, saya menjaja-jajakan proposal agenda internasional untuk menghadirkan Indonesia dalam kancah global, dengan merek Islam membawa tawaran solusi atas konflik yang marak dimana-mana.
Pihak-pihak yang memegang kekuatan, sumberdaya-sumberdaya dan kekuasaan, baik didalam maupun diluar lingkungan NU, tidak tertarik. Proposal tidak laku.
Walaupun malas sekali —dasar memang dari sononya pemalas— terpaksa rancangan-rancangan dalam proposal itu saya jalankan sendiri secara thimik-thimik dengan sumberdaya incrat-incrit dari belas kasihan sana-sini. Siapa nyana, begitu menemukan akses kepada platform internasional, agenda ini disambut oleh Dunia secara nggragas sekali. Macam-macam pihak mengejar-ngejar untuk bergabung, memaksa saya midar-mider sampai menderita.
Pada satu titik, saya sowan kepada Kiai Maimoen Zubair untuk tabarruk. Seperti biasanya, saya tidak matur apa-apa tidak nanya tidak minta, hanya mendengarkan saja apa pun yang beliau wejangkan. Diantara pesan beliau:
“Yang penting kita ini memberi contoh kepada Dunia, yaitu teladan kehidupan Bhineka Tunggal Ika”.
"Pada 13 September 2017, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa, Penguasa Kerajaan Bahrain, meluncurkan suatu lembaga kerajaan dengan nama seperti tertulis di plakat ini. Sekarang Bahrain ingin mengajak Nahdlatul Ulama jalan bareng untuk agenda-agenda Perdamaian Dunia".
Pada 13 September 2017, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa, Penguasa Kerajaan Bahrain, meluncurkan suatu lembaga kerajaan dengan nama seperti tertulis di plakat ini. Sekarang Bahrain ingin mengajak Nahdlatul Ulama jalan bareng untuk agenda-agenda Perdamaian Dunia.
Memang titis wawasan Mbah Maimoen. Ini adalah momentum Bhineka Tunggal Ika. Siapa yang punya klaim atas merek ini melebihi kita?
Kalau Indonesia ogah memanfaatkan momentum ini dan lebih memilih jadi warga Dunia yang biasa-biasa saja ketimbang kebanyakan kerjaan dan tambah pusing, masa iya orang-orang biasa kayak kita ini tidak mau juga maju ke depan?
(Sebuah gambar plakat hadiah dari Duta Besar Kerajaan Bahrain untuk Amerika Serikat yang barus saya terima tadi malam (waktu Washington, DC). Di bagian atas itu ada gambar tangan menyangga kitab terbuka dengan simbol agama-agama diatasnya, sedangkan dibawahnya tertulis:
“Markaz Al Malik Hamad Al ‘Alami lit Ta’ayusy as Silmi” (tulisan Arab)
“King Hamad Global Center For Peaceful Coexistence”)