Momen Haru Polisi Istimewa Asal Mojokerto, Saksi Sejarah Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato
Bahagia dirasakan veteran polisi istimewa, Amad, 102 tahun. Pejuang kemerdekaan RI ini menangis kala dikunjungi Kapolres Mojokerto AKBP Irham Kustarto di momen Hari Juang Polri.
Momen mengharukan itu terjadi di kediaman Mbah Amad di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto. Irham datang dengan mengendarai mobil polisi klasik, Mercedez Benz Mini 200.
Kedatangannya disambut langsung oleh Mbah Amad berseragam lengkap anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Irham memberi hormat kepada lelaki berusia 102 tahun itu.
Mata bekas anggota Tokubetsu Keisatsu-tai itu nampak berbinar-binar. Ia terlihat tak kuasa menahan tangis haru.
“Selama pensiun belum pernah saya dikunjungi siapapun. Baru kali ini, Bapak Kapolres Mojokerto yang peduli kepada seorang pejuang yang sudah lanjut usia. Baru kali ini, selama saya pensiun belum pernah ada yang peduli dengan pejuang lansia,” itulah ungkapan Mbah Amad kepada Ihram, Rabu 21 Agustus 2024.
Mbah Amad bagian dari Polisi Istimewa yang awalnya merupakan kesatuan polisi khusus bentukan Jepang. Kesatuan tersebut dipimpin oleh Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin, atau biasa dikenal M Jasin.
Mbah Amad turut andil di medan juang Surabaya tahun 1946. Ia menjadi saksi sejarah perobekan bendera belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Pasca insiden perobekan bendera, Amad bergabung dalam Kesatuan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) yang didirikan Bung Tomo. Amad seringkali mendampingi Bung Tomo keliling daerah untuk bersembunyi dari kejaran tentara Belanda.
Bahkan, kakek kelahiran Surabaya itu adalah mantan pasukan Heiho yang menunjukkan kepada Bung Tomo di mana senjata Jepang disembunyikan.
Setelah beberapa menit berbincang, Irham mengajak Mbah Amad berkeliling kota menaiki mobil klasik. Nuansa jadul tersebut sengaja dihadirkan agar Mbah Amad bernostalgia.
Selama perjalanan, Mbah Amad menceritakan sepak terjangnya merebut kemerdekaan republik dari tangan penjajah. Irham terharu mendengar cerita Mbah Amad.
Perjalanan mereka berhenti di kafe Kita Manis, Desa Pandan, Pacet, Mojokerto. Mbah Amad kembali berkisah perjuangannya melawan penjajah hingga mendampingi Bung Tomo. Lelaki kelahiran tahun 1922 itu pernah ditugaskan ke Surabaya, Mojokerto, Sulawesi hingga Poso.
Irham mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk apresiasinya terhadap veteran yang sudah berjuang melalui Polisi Istimewa.
“Beliau bercerita banyak tentang bagaimana polisi istimewa berjuang dalam rangka mengusir penjajah Belanda saat itu,” katanya.
Ia menyampaikan, sengaja mengajak Mbah Amad berpatroli keliling mengendari mobil klasik. Mengajak Mbah Amad bernostalgia mengenang masa-masa menjadi seorang polisi istimewa.
“Beliau kalau bercerita tentang perjuangannya menggebu-gebu. Saya sengaja membawa nuansa klasik, membawa kendaraan klasik untuk mengajak beliau berpatroli. Di satu sisi saya menaruh apresiasi dan rasa hormat kepada beliau. Dan juga saya meneladani apa yang sudah beliau lakukan,” terang Irham.
Kepada Irham, Mbah Amad menitipkan pesan yang harus dipegang oleh seorang polisi.
“Pesan yang disampaikan ke saya, pertama, jangan melawan perintah pimpinan, kedua taati peraturan, dan ketiga hormati kedua orang tua,” ungkap Irham.
Di akhir pertemuan, Kapolres Mojokerto AKBP Irham memberikan kenang-kenangan berupa lukisan sosok Mbah Amad. Selain itu, juga diberikan bingkisan dan tali asih.