Mogok Produksi, Pengrajin Tempe Bingung Tutupi Kerugian
Kelangkaan tempe membuat warga berburu tempe hingga ke rumah pengrajin tempe di Surabaya. Jarwo Susanto, salah satu perajin tempe di Putat Jaya mengatakan, sejak pagi buta rumahnya sudah didatangi para warga yang ingin membeli tempe.
Menurut ceritanya, para warga mendatangi rumahnya untuk berburu tempe mulai Minggu kemarin sore hingga Senin pukul 03.00 WIB. Warga mengetahui rencana aksi mogok para perajin tempe selama tiga hari ke depan.
"Mulai kemarin malam datang ke rumah. Pembeli menyuruh saya untuk tetap produksi," ujar Jarwo saat dihubungi Ngopibareng.id, Senin, 21 Februari 2022 siang.
Meski dipaksa pelanggannya untuk tetap memproduksi tempe, Jarwo ternyata punya pilihan lain. Ia menghormati perajin tahu dan tempe lainnya yang berjuang agar harga kedelai bisa turun.
Menurut Jarwo, pelanggannya ada yang bilang, "Wooo... kamu ikut mogok ta gak bakul? Lapo mogok barang, gak onok tempe, awakmu melu mogok". Seperti itu seloroh salah satu pelanggan tempe Jarwo.
Sebenarnya, Jarwo juga merasa kasihan terhadap para penjual tempe, seperti warung penjual tempe penyetan. Bahkan, pedagang pasar pun akan merasa sepi tanpa kehadiran tempe.
"Kasihan bakul-bakul (pedagang) penyetan, warung-warung nasi gak ada tempenya, hampa rasanya," ungkapnya.
Meski sedang mogok produksi tempe, Jarwo tetap memproduksi tempe tapi ia akan menjualnya pada Kamis mendatang saat aksi mogok usai.
Kerugian Akibat Tidak Produksi
Jarwo mengungkapkan, akibat tidak produksi tiga hari ke depan, ia akan mengalami kerugian dan modalnya akan berkurang. "Pemasukan jelas menipis, uang modal juga akan berkurang nantinya," aku dia.
Diketahui, setiap harinya Jarwo membutuhkan 25 kilogram kedelai untuk memproduksi 400 kotak tempe. Tempe produksinya itu dijual seharga Rp 1.000 sampai Rp 2.000 tergantung ukurannya. Harga kedelai yang sempat dikulak (dibeli) Jarwo kisaran Rp 11.000 per kg.
Jarwo mengungkapkan, dirinya belum menemukan solusi atas berkurangnya penghasilan karena mogok produksi ini. Sebab, ia sendiri kurang setuju dengan mogok produksi karena menurutnya lebih baik demo kepada pemerintah.
Ia pun berharap Pemkot Surabaya maupun Pemprov akan turun tangga memberikan solusi atas masalah ini. Sejauhnya, pihak kecamatannya menjanjikan akan menyampaikan masalah ini kejajaran yang lebih tinggi.
"Belum ada solusi dari pemerintah. Kemarin, cuma Pak Camat ngomong mau dibilang ke Pemkot Surabaya. Semoga segera ada solusinya," harap Jarwo.
Advertisement