Cerita Pengemis Silver yang Andalkan BMKG Saat 'Bekerja'
Remaja lulusan SMP ini, sebut saja namanya Maksi. Meski tergolong anak-anak, namun Maksi tak mau tinggal diam dengan pendapatan orang tuanya yang pas-pasan. Dia pun ikut 'bekerja' jadi pengemis jalanan.
Namun, Maksi bukan sembarang pengemis. Dia punya cara untuk menarik perhatian orang. Yaitu, dengan cara mengecat sekujur tubuhnya dengan powder silver metalik. Hanya menyisakan bola mata saja yang luput dari bubuk powder silver. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua dicat dengan bubuk silver tersebut.
Ide untuk menarik perhatian orang lain ini muncul ketika Maksi browsing di internet. Kemudian, ia mencobanya. Bubuk silver itu diperolehnya di kawasan Roxy, Jakarta Barat.
Powder silver ini adalah bentuk serbuk dari logam aluminium. Bubuk silver ini memiliki berbagai kegunaan. Antara lain sebagai pigmen logam untuk pelapis atau juga bisa untuk bahan piroteknik seperti kembang api dan lukisan.
Ketika berbincang dengan Ngopibareng.id di sebuah kedai, remaja berusia 14 tahun itu mengatakan, awalnya risih mengecat tubuhnya dengan powder silver. Bahkan sempat dimarahi keluarga dan ditakuti anak anak di kampungnya, daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Tapi demi dapat uang, Maksi abaikan apa pun yang dikatakan oleh orang lain mau pun keluarganya.
"Ini adalah cara mencari uang yang bisa saya lakukan untuk saat ini. Yang penting halal dan bisa bantu orang yang berpenghasilan pas-pasan," kata Maksi sambil sarapan nasi uduk di Kedai Pak Tarno sebelum "menjala" uang di lampu merah Tomang.
Sarapan di warungnya Pak Tarno ini, katanya enak, selain murah meriah. Dan yang lebih penting boleh ngutang atau bayar belakangan kalau sudah dapat uang.
Sambil makan, Maksi pun menjelaskan alasan dia mengubah warna kulitnya menjadi silver mengkilat. Alasannya, untuk menghilangkan rasa malu, selain untuk menarik perhatian orang.
"Dengan mengubah warna kulit, tetangga maupun temannya tidak mengenali sehingga rasa malu itu pun berkurang," ujarnya.
Sebelum mengubah haluan dalam mencari uang dengan penampilan yang berbeda, remaja dua bersaudara ini adalah pengamen jalanan. Bermodal gitar kecil dan suara seadanya, Maksi ngamen di lampu merah di kawasan Jakarta Barat dengan cara berpindah-pindah.
Menjadi pengamen itu hanya dilakoni selama tiga bulan. Maksi lalu berhenti karena sepi gara gara pandemi dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta. Setiap orang harus memakai masker dan menjaga jarak.
"Lha pengamen yang jualan suara. Kalau pake masker kan nggak bisa nyanyi, makanya saya mencari jalan lain," candanya.
Untuk mengubah warnah kulit dengan bubuk silver ini hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit. Caranya juga mudah. Powder silver metalik itu dimasuk dalam air secukupnya kemudian diaduk sampai rata. Baru kemudian dioleskan ke seluruh tubuh.
Membersihkannya pun mudah. Cukup digosok dengan cairan pencuci piring. Setelah bersih, baru disabun seperti mandi biasa.
Kendalanya kalau menuju daerah operasi harus ditempuh dengan jalan kaki. Kendaraan umum tidak mau mengangkutnya, takut penumpang lain akan belopotan terkena pewarna yang ada di tubuhnya.
Waktu "beroperasi" di lampu merah, Maksi cukup menyodorkan kaleng plastik bekas tempat cat tembok kepada pengguna jalan yang berhenti di lampu merah.
"Kendaraan stop, saya jalan," tuturnya.
Bicara soal penghasilan, Maksi menganggap lumayan. Rata-rata Maksi bisa mendapat uang antara Rp50-75ribu per hari. Jumlah itu diperoleh dari pemberian pengguna jalan di lampu merah.
"Ada yang hanya berucap maaf," katanya.
Itu pun sudah membuatnya terhibur. Yang menyakitkan hati, kalau ada orang tidak ngasih tapi nyinyir.
Hari yang menyedihkan bagi Maksi kalau hujan. Bubuk silver di tubuhnya jadi ambyar akibat terkena air hujan. Oleh karena itu, informasi tentang perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga menjadi referensi dan andalan Maksi.
"Kalau BMKG menginformasikan Jakarta akan turun dari pagi sampai sore, saya pilih main game di rumah," kata remaja yang pernah bercita-cita jadi polisi ini.
Advertisement