Moderna Segera Kantongi Izin di AS, Ini Bedanya dengan Pfizer
Vaksin buatan Moderna telah mendapat rekomendasi dari panel yang berisi para pakar di Amerika Serikat. Diperkirakan, vaksin kedua ini akan mendapat izin dari Administrasi Obat dan Makanan (FDA) setempat pekan depan.
Panel berisi pakar tersebut memberikan voting dengan skor 20-0 dan satu suara abstain untuk memberikan izin vaksin pada Moderna. Hal serupa juga dikeluarkan pada vaksin Pfizer/Biotech pekan lalu dan diikuti dengan keluarnya izin penggunaan pada hari berikutnya.
Vaksin Moderna diketahui bisa digunakan pada warga di atas usia 18 tahun, dan memiliki efektivitas melawan virus penyebab Covid-19 mencapai 95 persen.
Beda Vaksin Moderna dan Pfizer
Lantas apa bedanya Moderna dengan vaksin milik Pfizer? dilansir dari BBC, dua vaksin ini memiliki perbedaan dalam proses pengiriman. Tak seperti Pfizer yang membutuhkan kotak khusus denga suhu minus 75 derajat Celsius, Moderna cukup disimpan dalam suhu normal pendingin, yaitu minus 20C saat pengiriman.
Keduanya digunakan sebanyak dua kali suntik, dengan jeda 21 hari setelah dosis pertama untuk Pfizer, dan 28 hari untuk Moderna.
Terkait efektivitas vaksin, Pfizer memiliki efektivitas mencapai 90 persen, sedangkan Moderna mencapai 95 persen efektif membendung tubuh dari virus penyebab Covid-19.
Negara Pemesan Vaksin Moderna
Selain Amerika Serikat, vaksin yang dikembangkan perusahaan yang bermarkas di Cambridge, Massachusetts ini juga telah dipesan sejumlah negara.
Kanada berencana memesan dua juta dosis Moderna pada Maret sebagai bagian dari total 56 juta dosis. Berikutnya Inggris telah memesan tujuuh juga dosis vaksin Moderna.
Selain itu Uni Eropa mengumumkan untuk membeli 80 juta dosis vaksin dengan pilihan membeli lebih banyak dari jumlah itu, jika vaksin telah terbukti aman dan efektif.
Ada pula Swiss yang memesan 7,5 juta dosis vaksin, serta beberapa negara Asia seperti Jepang sebanyak 50 juta dosis vaksin Moderna, kemudian Korea Selatan sebanyak 20 juta dosis, menurut data milik Pusat Kesehtan Global dari Universitas Duke. (Bbc)
Advertisement