Moderasi Beragama Habib Jufri, Prihatin atas Tragedi di Sigi
Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman (masyhur dikenal Habib Ali Al-Jufri). Sosok ulama' bernasab mulia sambung dari imam Husein bin Ali RA, yang memiliki daya pikat sampai kebelahan Eropa.
Kealiman habib Jufri terepresentasi dari bobot ceramah-ceramah beliau hingga karya tulisnya yang sarat akan keilmuan dan persoalan kontemporer. Kecakapan Habib Jufri dalam menarasikan pesan ilahiyat menjadi sorotan akademisi Islamic Studies dan para orientalis barat lainya.
Pesan-pesan moderasi dalam beragama yang diusung habib Jufri, sangat relevan dengan kondisi keberislaman mutaakhir. Ketika agama sering kali dijadikan sebagai kendaraan kepentingan politik yang melegalkan caci maki, kekerasan dan dehumanisi yang jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri.
Sebagaimana dalam buku "Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan", Habib Jufri berpesan bahwa jangan paksakan konsepsi pemerintahan tertentu dengan mengatasnamakan agama.
Terbukti Islam tersebar luas kesepunjuru dunia, sepeninggal Rasulullah dengan Khulafaur Rasyidin yang hanya memimpin selama 30 tahun pasca kepergian Baginda Nabi, dan dilanjutkan sistem monarki opresif. Menunjukkan kekuatan yang besar yang bersembunyi di balik agama bukan sistem pemerintahan syari'ah, khilafah dan lain sebagainya.
Keluwesan intelektualitas Habib Jufri juga tergambarkan bagaimana beliau menuliskan dialog dengan anak-anak muda kiri Marxisme bahkan yang mengatas namaan ateisme sekalipun. Beliau mengedepankan dialog ilmiah, hal yang seringkali kita tinggalkan yang berujung pada eksklusifisme, jumud hingga aksi takfiri terhadap sesama.
Tempo hari, dunia diguncang oleh tragedi yang dinilai menistakan agama di Prancis. Saat Habib Jufri bertemu sang kreator karikatur Baginda Nabi. Beliau sangat tenang mengajak berdialog tidak ada amarah berlebihan, caci maki, anacaman pembunuhan atau glorifikasi kekerasan lainya. Sebagai dzuriyah, beliau sangat faham bagaimana akhlaq nubuwah harus diimplementasikan dan Islam sebagai rahmat semesta alam harus diperkenalkan pada dunia.
Di tengah ngopi dan membaca buku ini, terdengar kabar aksi pembantaian sadis dan pembakaran rumah ibadah yang dilakukan oleh sekolompok jihadis di Sigi. Aksi ekstremisme, kekerasan dalam beragama ini sungguh sangat disayangkan. Interpretasi yang salah dalam memahami agama yang diorganisir melalui ideologisasi kelompok/organisasi akan merusak esensi agama yang penuh cinta, kasih sayang dan kedamaian.
Mari bersama kita perkaya narasi-narasi toleransi. Kita hiasi internet dengan konten keberislaman yang penuh kasih bukan caci maki, merangkul bukan memukul. Menghargai dan menghormati keberagaman dan kebhinekaan. Sebagaimana diksi indah dalam buku Habib Jufri "Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan".
*) Dari catatan "Dari Habib Jufri, Moderasi Beragama Hingga tragedi kemanusiaan di Sigi", Abdur Rouf Hanif, ketua Lakpesdam NU Tanggamus.
Advertisement