Misteri Wabah Hama Wereng Blitar Terkuak, Ini Sebabnya
Hama wereng yang menyerang lahan petani di Desa Darungan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar menurut Ahmad Syaikhu, pengurus DPP Gerakan Petani Nusantara dan ketua FKP4s Jatim, muncul disebabkan tidak seimbangnya ekosistem di dalam tanah.
Di dalam tanah, agroekosistemnya sudah habis, karena mikroba musuh alaminya sudah tidak ada. Ini menyebabkan telur wereng batang coklat, menetas lebih signifikan dan cepat menyebar,” kata Ahmad Syaikhu kepada Ngopibareng.id, Senin 7 Juni 2021.
Cara Membasmi Wabah Hama Wereng
Lantas, bagaimana pengendalian agar bisa memutus mata rantai dan tidak terjadi wabah serangan wereng di lahan tanaman padi? Syaikhu yang berpengalaman mendampingi petani menyebut sejumlah hal harus dibenahi di tanahnya lebih dahulu.
Antara lain, PH tanah harus netral, serta pemberian bahan organik tanah yang bersifat mikroba atau kompos yang sudah difermentasi. “Tanaman padi yang terserang wereng batang coklat biasanya penggunaan pupuk urea atau N (Nitrogen) terlalu tinggi sehingga tanaman resisten. Kekebalan tubuhnya rendah terhadap hama dan penyakit,” katanya.
Selain itu, tanaman padi menurut Syaikhu merupakan tanaman silikat. Karena wabah wereng yang menyerang padi tanaman padi, menyebabkan kekurangan silikat. Hal ini bisa diatasi dengan mengembalikan jerami tanaman padi.
Selain penambahan silikat dengan mengembalikam jerami, perlu ditambahkan Zn atau Zing Sulfat sebagai unsur mikronya bisa diberika silikat dan unsur makronya perlu penambahan Pospor (P) dan Kalium (K).
Syaikhu yakin, sejumlah tips di atas bisa digunakan untuk mengendalikan separuh telur wereng pada tanaman padi. “Seumpama satu rumpun ada telur wereng 500 ekor, Separuhnya bisa dikendalikan dari lingkungan agrosistem yang ada dan lainya menetas menjadi wereng,” katanya.
Manfaatkan Musuh Alami
Namun, jika wabah wereng sudah terjadi seperti di Blitar untuk pengendalian daun atasnya, Syaikhu sependapat dengan Pendapat Prof Suryo Wiyono pakar dari IPB. Yaitu dengan penggunaan agen hayati, seperti penggunaan lecanisium atau jamur Metharizium dan Bhuevaria sejak dini sebagai musuh alami tanaman padi di bawah umur 40 hari setelah tanam.
“Gejala hama tanaman wereng sebetulnya pada umur 30 sampai 40 hari setelah tanam sudah menunjukkan tanda-tandanya ada wabah. Akan tetapi rata- rata petani enggan untuk melakukan pengamatan,” katanya.
Menurutnya, kebiasaan petani pada umumnya baru melakukan pengamatan apabila sudah muncul ledakan hama wereng batang coklat.
Ajak Petani Amati Sejak Dini
Syaikhu menyarankan, pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Blitar untuk menggalakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), sebab di dalam SLPHT petani akan diajari pengamatan sejak dini.
Syaikhu melanjutkan, wereng adalah hama penyakit, hama yang menyebabkan penyakit. Hama ini menghisap cairan yang ada pada batang tanaman padi kemudian meninggalkan virus dan virus tersebut berkembang bersama sejalan dengan matinya tanaman padi yang mengering.
Rencanakan Gerakan Pengendalian Wabah
Secara terpisah Ngopibareng.id menghubungi Wawan Widianto kepala dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar. Menurut Wawsan, pihaknya sudah melakukan tindakan lanjutan atas serangan wabah hama wereng di Blitar. “Menerjunkan petugas Pengendali Organisme Pengendali Tumbuhan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk mendata dan mengidentifikasi luasan lahan pertanian milik petani yang terserang wabah,” katanya kepada Ngopibareng,id, Senin 7 Juni 2021.
Wawan juga menambahkan, dari identifikasi petugas Dinas Pertanian akan melakukan tindakan gerakan pengendalian (Gardal) bersama para petani, pada Rabu, 9 Juni 2021.
Advertisement