Misteri Idul Adha Berlalu Covid-19
Seminggu sebelum Idul Adha 1442 H (Selasa, 10 Juli 2021), seorang kiai kharismatik via seorang santri seniornya memberi tahu bahwa beliau akan datang ke rumah saya untuk urusan sangat penting. Lalu saya jawab, biar saya yang datang bersilaturahmi karena saya tahu belum lama beliau sakit. Usul saya disetujui kiai dan esoknya saya datang tepatnya pada 2 Juli 2021 yang lalu.
Singkat cerita, Kiai memperlihatkan almanak kepada saya dan beliau menunjuk tanggal 9 Juli (hari Senin) dan 10 Juli (Selasa). Beliau mengatakan bahwa hitungan almanak ini tepat sesuai metode Kiai Turaehan Kudus. Tanggal 9 adalah hari Arafah / wukuf dan tanggal 10 Selasa adalah Idul Adha. Baru selesai bicara, datanglah tamu dan salah satunya adalah putera dari Kiai Turaehan yang tinggal di Tangerang Selatan.
Kebetulankah?
"Jadi kamu saya beri tugas untuk memberi tahu yang berwenang di Arab Saudi agar melakukan ru’yah dengan benar jangan keliru agar cobaan Allah cepat berakhir."
Saya mengangguk dan berjanji akan segera menghubungi pihak yang berwenang Arab Saudi. Padahal sejatinya saya bengong alias tidak faham apa hubungan Idul Adha dengan cobaan Allah yang dimaksud.
Misteri dan Masa Pandemi
Sampai di rumah, saya masih mikir apa sebenarnya yang dimaksud oleh Kiai Sepuh ini. Setelah mencoba kontak ke Arab Saudi selama 3 hari, baru hari keempat dan kelima berhasil kontak ke Riyadh, Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, H Agus Maftuh. Setelah itu menghubungi dua warga Saudi teman lama saya di Makkah.
Jumat kemarin (5 November 2021) saya kembali bersilaturahim kepada beliau untuk melaporkan bahwa saya sudah melaksanakan perintahnya yang lalu. Sambil tersenyum kecil beliau mengatakan bahwa ru’yah sudah dilakukan dengan baik dan benar. Kalau apa yang diperintahkan Allah dikerjakan dengan baik sesuai Syariat, maka Allah akan memberi balasan dengan kasih sayang-Nya. Insya Allah Covid-19 akan berlalu.
Rupanya yang dimaksud “cobaan Allah” oleh Kiai sekitar tiga bulan yang lalu adalah Covid-19. Dunia Kiai adalah dunia spiritual yang belum tentu bisa difahami di kalangan awam. Ketika masih muda, mereka sering puasa termasuk Puasa Daud dan berdzikir dan mengamalkan berbagai amalan sunnah lainnya.
Dunia tareikat adalah dunia metafisika yang sering tidak bisa difahami secara rasional dan seperti diliputi oleh misteri. Dunia kerohanian bersifat trans-rasional dan menuntut pengabdian total kepada Sang Pencipta. Dan tidak banyak yang berhasil mencapainya.
Jadi kita tidak heran, Kiai yang terlihat sederhana tersebut senantiasa ikut merasakan ujian-derita yang dialami oleh umat sekelilingnya khususnya selama Pandemi Covid-19 ini. Dengan caranya, beliau berikhtiar untuk mengurangi penderitaan masyarakat secara spiritual.
Rakyat di negara Pancasila ini memerlukan bimbingan Ulama yang ikhlas dan pada saat yang sama membutuhkan naungan Umara yang adil - jujur.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015, tinggal di Jakarta.