Misteri Harimau Jawa: Masih Adakah? Dan Benarkah Ukurannya Kini Mengecil?
Media sosial diramaikan dengan video seorang pria bernama Anang yang mengaku bertemu harimau di tepi hutan Jawa Tengah-DIY. Saat itu, ia sedang menyemprot tanaman ketika matanya tertuju pada dua ekor harimau, besar dan kecil, yang sedang berbaring. Padahal, banyak ilmuwan yang menduga jika harimau di Jawa sudah punah alias tak bisa ditemui lagi. Punahnya harimau ini juga terjadi di Pulau Bali.
Namun, Anang menyebut jika harimau Jawa yang ia jumpai itu ukurannya tak sebesar yang ia lihat di televisi. Tapi ia tetap meyakini hewan tersebut adalah harimau karena memiliki pola loreng khas di tubuhnya. Tapi yang membedakan ukuran harimau tersebut disebut hanya sebesar kambing, meskipun tampak lebih gemuk dan kekar.
Kesaksian serupa juga datang dari Damin, seorang petani di kawasan Gunung Wilis, yang menyebut harimau yang ia temui berukuran sebesar kambing. Di sisi lain, seorang penjaga hutan di Ujung Kulon mengungkapkan pernah melihat harimau seukuran anjing herder. Lantas, muncul pertanyaan: Apakah yang mereka lihat benar-benar harimau? Ataukah itu macan tutul atau kucing liar lain yang memang memiliki ukuran lebih kecil? Jika benar itu harimau, mungkinkah spesies endemik Jawa mengalami penyusutan ukuran?
Harimau Jawa, Sang Predator Besar di Masa Lalu
Menurut catatan sejarah, harimau Jawa dulunya dikenal memiliki ukuran tubuh terbesar dibanding harimau Sumatera dan Bali. "Harimau Jawa bisa sebesar kuda, dengan telapak kaki selebar wajah manusia dewasa," ujar peneliti harimau Didik Raharyono dalam wawancara dengan Kompas.com pada Desember 2024.
Foto dokumentasi tahun 1957 menunjukkan betapa besar harimau Jawa. Dalam gambar itu, seorang pemburu bernama Oscar berpose dengan harimau yang ia buru di Kendeng Lembu, Banyuwangi. Catatan dari peneliti Belanda juga menyebutkan bahwa panjang tubuh harimau Jawa rata-rata mencapai 200-245 cm, dengan berat jantan 100-140 kg dan betina 75-115 kg. Bahkan, harimau Jawa diklaim lebih besar dari harimau Malaya.
Penyebab Penyusutan Ukuran Harimau Jawa
Meski sejarah mencatat harimau Jawa sebagai predator besar, mengapa saksi mata masa kini sering melaporkan ukuran yang jauh lebih kecil? Wirdateti, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, menjelaskan bahwa penyusutan ukuran ini kemungkinan besar terkait dengan kelangkaan mangsa dan inbreeding.
"Inbreeding, atau kawin sedarah, terjadi ketika populasi kecil harimau kawin dengan kerabat dekat. Ini mengurangi variasi genetik, membuat keturunannya lebih kecil dan lemah," ujar Wirdateti seperti dikutp dari Kompas.com.
Penelitian menunjukkan bahwa populasi mamalia yang terisolasi lebih rentan terhadap penyakit, perubahan lingkungan, dan ancaman lainnya akibat rendahnya keanekaragaman genetik.
Sunarto, seorang ekolog satwa liar dan peneliti harimau, menambahkan bahwa populasi minimal yang diperlukan untuk melawan dampak inbreeding adalah 50 individu. Untuk menjaga stabilitas genetik, dibutuhkan setidaknya 500 individu. Dengan jumlah harimau Jawa yang diperkirakan sangat kecil, wajar jika fenomena penyusutan ukuran ini terjadi.
Jejak Harimau Jawa dalam Sejarah dan Sastra
Kisah harimau besar di Jawa juga tercatat dalam Babad Lakbok, sebuah naskah sejarah yang ditulis oleh R. Muh. Sabri Wiraatmadja. Dalam bahasa Sunda kuno, "Lakbok" berarti "harimau yang sangat besar." Nama ini merujuk pada seekor harimau besar yang pernah hidup di kawasan lahan gambut Ciamis sebelum habitatnya terusik oleh pembukaan lahan untuk permukiman dan pertanian.
Jurnal ilmiah Planning Tiger Recovery: Understanding Intraspecific Variation for Effective Conservation (Wilting et al., 2015) juga mengakui harimau Jawa sebagai subspesies terbesar di Kepulauan Sunda, diikuti harimau Sumatera dan Bali.
Penutup
Cerita tentang harimau Jawa masih menyimpan banyak misteri, terutama terkait keberadaan dan ukurannya yang kini tampak lebih kecil. Jika benar spesies ini masih ada, upaya konservasi mendesak diperlukan untuk melindungi dan memulihkan populasi mereka. Penelitian lebih lanjut juga dibutuhkan untuk mengungkap fakta di balik penyusutan ukuran ini dan memastikan kelangsungan hidup salah satu predator legendaris Indonesia.
Advertisement