Miskin di Hadapan Imam Ja'far Shadiq, Ini Kisah Menakjubkan
Banyak kisah di masa lalu dalam sejarah Islam memberikan hikmah. Termasuk di antaranya, betapa umat Islam dalam mencintai keluarga Rasulullah Muhammad S.a.w. (Ahlulbait).
Kisah di bawah ini, mencoba mengingatkan tentang hal ihwal mencitai Ahlulbait Rasulullah S.a.w.
Diriwayatkan bahwa seorang pengikut Ahlulbait datang kepada Imam Ja’far As-Shadiq as dan mengaku sebagai orang yang miskin.
Imam berkata, “Sungguh aneh, engkau mengaku miskin dan kesulitan padahal dirimu memiliki harta simpanan yang begitu besar.”
Lelaki ini terheran dan bertanya, “Apa itu wahai Imam?”
“Bagaimana pendapatmu jika engkau diberi emas seisi bumi agar engkau melepaskan kecintaanmu kepada kami (ahlulbait) dan mencintai selain kami, apakah engkau akan menerimanya?” tanya Imam.
“Demi Allah andai aku diberi emas seisi langit dan bumi serta kerajaan dunia untuk menjual kecintaanku kepada kalian dan wilayahku untuk berwilayah kepada selain kalian maka aku tidak akan melakukannya.” jawabnya.
Imam pun berkata, “Jika begitu, mengapa engkau mengaku miskin?”
Kemudian imam memberinya sesuatu yang besar.
*) Sumber : Kitab Al-Arbain fi fadhoili Amiril Mukminin, juz 1, hal 266.
Terkait kisah di atas, perlu kiranya menjelaskan duduk perkara Ahlulbait. Dalam tulisannya, "Imam Syafi’i Pecinta Ahlul Bait, Bukan Syiah", Kholili Hasib menjelaskan sebagai berikut:
Imam Syafii adalah seorang Imam Ahlussunnah pecinta Ahlulbait, sekaligus pecinta Sahabat Nabi Saw. Kalimat “Jika rafidhah itu adalah cinta keluarga Nabi, maka saksikanlah bahwa aku ‘rafidhi’” ditujukan kepada kaum Khawarij yang membenci Sayidina Ali dan Ahlulbait. Ketika diketahui imam Syafi’I mencintai ahlulbait, kaum Khawarij menuduhnya beliau Syiah.
Sedangkan kalimat “Jika Nawasib itu adalah mencintai Sahabat, maka saksikanlah bahwa aku adalah ‘Nasibi” ditujukan kepada kelompok Syiah yang membenci Sahabat Nabi Saw. Saat kaum Syiah mencaci maki Sahabat, Imam Syafii menjawabnya dengan syair tersebut, sebagai bukti bahwa ia pecinta Sahabat.
Maka, dapat disimpulkan bahwa ucapan itu merupakan kalimat retorika Imam Syafi’i. semua tahu bahwa Imam Syafii adalah seorang penyair, ahli balaghah. Banyak nasihat-nasihatnya berupa kalimat metaforis-retoris. Beliau adalah Imam Ahlussunnah pecinta Ahlulbait dan Sahabat Nabi. Beliau bukan Syiah, juga bukan Khawarij.
jihad yang lebih besar bukanlah jihad melawan musuh tapi melawan ego yang hidup dalam diri.
Demikian, wallahu a'lam.