Misa di Gereja Maria De Fatima Petak Sembilan di Perayaan Imlek
Bicara tentang Petak Sembilan, Glodok Jakarta Barat, orang akan teringat dengan beberapa vihara atau klenteng, yang sedang menjadi pusat perhatian etnis Tionghoa dalam perayaan tahun baru Imlek 2020.
Di kampung yang sebagian besar penduduknya keturunan Tionghoa tersebut juga terdapat sebuah gereja tua yang dibangun pada abad 19. Yakni Gereja Santa Maria De Fatima, tepatnya di Jalan Kemenangan III, Gldok, Jakarta Barat.
Bangunan gereja katolik ini berbeda dengan gereja pada umumnya. Kapasitanya pun terbatas hanya mampu menampung sekitar 250 orang jemaat.
Sekilas gereja ini mirip dengan sebuah kelenteng. Bahkan, struktur bangunannya mirip dengan rumah tradisional Cina. Ornamen gerejanya memiliki warna merah dan emas.
Di sisi pintunya terdapat pohon sakura yang berisi amplop angpau berwarna merah dan membuat tampilan gereja ini berbeda dengan gereja pada umumnya.
Dua patung kilin juga berjejer di depan pintu masuk gereja, semakin mengingatkan pada kelenteng dari China.
Saat memasuki gereja, ternyata nuansa bangunan khas Tiongkok masih terlihat. Gereja ini dihias dengan lampion-lampion dan kipas layaknya kelenteng.
Konstruksi kayu, ukiran, warna merah dan emas mendominasi setiap sudut gereja. Termasuk pada altar gereja.
Empat pilar kayu yang berwarna merah berdiri menopang bagian altar. Di atasnya terdapat ukiran lukisan dari kayu yang memperlihatkan peristiwa Yesus disalib di Bukit Golgota.
Gereja Santa Maria De Fatima mulai berdiri ketika adanya tugas pelayanan dan pewartaan dari Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra SJ kepada Pater Wilhelmus Krause Van Eeden SJ.
Melalui SK Gubernur DKI Jakarta tertanggal 10 Januari 1972, Gereja Santa Maria De Fatima, ditetapkan sebagai cagar budaya. Artinya keaslian Gereja Katolik De Fatima ini harus dipertahankan, tidak boleh dirubah tanpa seizin Kepala Daerah Pemprov DKI Jakarta.
Pastor Gereja Katolik De Fatima Petak Sembilan, Glodok, Alfon mengatakan, nuansa budaya China yang kental pada Gereja De Fatima ini akan dipertahankan. Karena punya karakter tersendiri mengingat 99,99 persen jemaatnya merupakan warga keturunan Tionghoa.
"Yang bukan China cuma saya sendiri," kata pastor dari Mexico ini, kepada ngopibareng jelang misa Minggu pagi 26 Januari 2020.
Menurut Alfon, tahun baru Imlek kemarin Gereja De Fatima juga menyelenggarakan misa khusus dengan menggunakan bahasa Mandarin. "Setelah misa. jemaaat saling bersalaman untuk mengucapkan Gong xi fat cay," ujarnya.
Perayaan tahun imlek di gereja Maria De Fatima ini, tentu berbeda dengan perayaan Imlek di Vihara Dharma Bhakti yang juga berlokasi di Petak Sembilan. Vihara ini tersohor sebagai kawasan yang kental dengan budaya etnis Tionghoa. Bahkan mayoritas penduduk di sini warga keturunan Tionghoa.
Kelenteng Jin De Yuan, sekarang lebih dikenal dengan Vihara Dharma Bhakti, merupakan salah satu vihara tertua di Jakarta. Vihara ini berdiri sejak tahun 1650.
Di Vihara inilah warga Tionghoa melakukan darma bakti atau kegiatan ritual di hari raya Imlek minta dipanjangkan umur dan diberikan rezeki yang berlimpah. Dari vihara ini pula nama kelenteng dipopulerkan.
Pengurus Vihara Dharma Bhakti, Suherman, mengatakan, nama kelenteng hanya ada di Indonesia. "Asal mula kata kelenteng dulu sebenarnya dari sini. Ini dulu namanya Kwan Im Teng, artinya paviliun Kwan Im," kata Suherman.
Penyebutan kelenteng tercetus dari mulut warga pribumi yang sulit menyebutkan kata Kwan Im Teng. "Mereka kan susah mengucapkannya, akhirnya jadilah kelenteng," ujar Suherman.
Meski mayoritas warga di Petak Sembilan merupakan etnis Tionghoa, tapi ada juga warga pribumi yang hidup berdampingan secara harmonis.
Mereka tinggal di beberapa jalan yang terhubung dengan Gang Pancoran yang terkenal dengan nama Petak Sembilan.
Lantas, dari mana nama Petak Sembilan berasal? Tidak ada yang tahu pasti tentang awal mula kawasan ini disebut Petak Sembilan.
Kabar yang beredar selama ini, penamaan Petak Sembilan karena di kawasan ini ada rumah petak yang berjumlah sembilan unit.
"Dulu di depan rumah petak itu, ada warung kopi. Nah, kalau orang mau minum kopi, ditanya mau ke mana, mereka jawabnya ke Petak Sembilan," kata salah seorang warga Pancoran, Tjoen Hauw.
Advertisement