Miris, Ibu-ibu di Kalimantan Meninggal Saat Antre Minyak Goreng
Fakta menyedihkan terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sandra, ibu rumah tangga berusia 41 tahun, meninggal saat mengantre minyak goreng. Krisis minyak goreng yang berlarut pun banyak dikritik oleh sejumlah kalangan.
Kronologi Peristiwa
Peristiwa sedih itu terjadi pada Sabtu, 12 Maret 2022 lalu. Sandra tiba di sebuah minimarket sekitar pukul 07:00 waktu setempat, hendak menunggu toko buka.
Ketika berada di depan toko, korban lantas batuk dan kejang. Warga yang lain segera membawanya ke Rumah Sakit Tanjung Redeb. Namun Sandra meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Sebelum mengantre, Sandra sempat mengeluh sakit di bagian dada. Bahkan ia sempat terjatuh dari motor, ketika suaminya menurunkan Sandra di toko tersebut. Suaminya sempat melarang istrinya antre minyak goreng. Namun Sandra berkeras antre mendapatkan bahan pokok minyak goreng berharga miring, dikutip dari cnnindonesia.com.
Krisis Minyak Goreng
Krisis minyak goreng tak juga usai di Indonesia. Negara yang disebut sebagai eksportir minyak sawit terbesar dunia di tahun 2020. Indonesia juga menjadi konsumen terbesar minyak sawit di dunia.
Namun kondisi minyak yang langka dan mahal terjadi hingga hitungan bulan. Seniman Iwan Fals pun melempar kritik lewat lagunya yang berjudul Minyak Goreng.
Di dalamnya, ia mempertanyakan pemerintah yang tak mampu mengatasi masalah, serta upaya penimbunan dari konglomerat minyak goreng.
Rekomendasi Pakar
Indonesia tidak kekurangan pakar dan juga akademisi untuk memberikan solusi, guna mengatasi krisis minyak goreng.
Pakar ekonomi Universitas Airlangga Surabaya (Unair) menyampaikan sejumlah rekomendasi, dari sejumlah penyebab yang diduga menjadi sumber krisis minyak goreng.
Ia menyebut pemerintah bisa meningkatkan pajak ekspor minyak goreng. Sebab menurutnya, harga minyak goreng dunia mengalami kenaikan sehingga ada kecenderungan produsen minyak di Indonesia, lebih banyak mengekspor minyaknya dibanding menjual di dalam negeri.
"Sebaliknya, jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, pemerintah bisa menurunkan pajak ekspor. Hal tersebut akan mendorong produsen melakukan ekspor ke luar negeri sehingga tidak ada yang menumpuk di gudang. CPO (Crude Palm Oil) yang diproduksi juga bisa terjual, baik di dalam atau luar negeri,” kata Rossanto Dwi Handoyo, pakar Ekonomi Unair, dikutip dari Ngopibareng.id.
Untuk jangka pendek, Rossanto menyarankan operasi pasar. Di sini pemerintah harus memastikan produsen memenuhi pasokan minyak goreng dalam negeri lebih dahulu. Sehingga, intervensi di sektor hulu lebih efektif dibanding operasi di pasar tradisional atau hilirnya.