Minyak Goreng Curah Langka, Pedagang Kerupuk Butuh Tenaga Ekstra
Harga minyak goreng kemasan melonjak sejak Harga Eceran Tertinggi (HET) dicabut pemerintah, pada Rabu 16 Maret 2022. Ironisnya, minyak goreng curah juga sulit ditemui. Kondisi ini membuat para pedagang usaha mikro di Surabaya resah.
Salah satunya ialah pedagang kerupuk, Levi Yuli Anjarto. Ia mengatakan, kelangkaan minyak goreng curah berdampak cukup signifikan pada usahanya.
"Kalau pakai minyak goreng kemasan jelas ndak nutut saya. Jadi memang pakainya minyak curah. Sekarang susah carinya harus antre di beberapa agen," kata pedagang kerupuk yang bertempat di Jalan AWS Semampir 2 ini.
Levi menceritakan, setiap harinya ia memerlukan 20 sampai 25 galon minyak curah untuk menggoreng kerupuk. Sejak minyak goreng curah langka, dirinya harus mengantre di beberapa agen untuk memperoleh minyak goreng curah. Padahal sebelumnya, Levi tak perlu mengantre untuk minyak. Karena ada pihak agen yang mengirim langsung ke tempat usahanya.
"Setiap hari harus muter di tiga agen, ada yang di Kapas Krampung, Panjang Jiwo dan daerah Jagir. Tapi itu pun ndak bisa dapat sesuai kebutuhan saya, paling dapatnya 5 sampai 10 galon," ujarnya saat ditemui Ngopibareng.id, pada Minggu, 20 Maret 2022.
Levi mengungkap, selama stok minyak goreng langka, pihaknya akan tetap berproduksi. Tetapi ia butuh tenaga ekstra untuk membeli kebutuhan minyak goreng curah di beberapa agen minyak goreng di Surabaya.
"Produksi tetap, ya itu tadi Mbak, saya harus cari minyak ke beberapa agen dan antrenya sekarang panjang. Saya kalau antre minyak bisa berjam-jam, pernah saya antre dari jam 8 pagi sampai 7 malam," cerita pria berusia 40 tahun ini.
Tak bisa dipungkiri kelangkaan minyak goreng dan harganya yang melonjak juga berpengaruh pada keuntungan Levi. Ia mengaku keuntungan dari hasil penjualan kerupuknya berkurang 70 persen dari sebelumnya.
Untuk menyiasati kerugiannya, Levi harus mengurangi isi kemasan kerupuknya. Jika biasanya dalam kemasan berisi 10 kerupuk, kama dikurangi menjadi 8 kerupuk.
"Misalnya anggap saja keuntungan per harinya 10 ribu, sekarang keuntungannya hanya tiga ribu. Keuntungan turun sekitar 70 persen," ungkap dia.
Menurut Levi, jika kondisi seperti ini terus berlanjut, ada risiko ia tak dapat menggoreng kerupuk lagi. "Ya, bisa nggak mengoreng kalau seperti ini terus," imbuhnya.
Ia pun berharap, pemerintah segera mendapatkan solusi atas kelangkaan harga minyak goreng yang mahal ini.
"Harapannya kembali seperti dulu, tapi kayaknya harganya pasti mahal. Kalau pun harga naik saya tidak keberatan asal distribusinya lancar," ucap dia.
Levi mengaku, sejak membuka usaha pada tahun 1983 baru tahun ini untuk pertama kali dirinya mengalami kesulitan mencari minyak goreng curah.
Advertisement