Minyak dan Kedelai Mahal, Perajin Tahu di Bojonegoro Tak Produksi
Sejumlah perajin tahu dan tempe di Kecamatan Kota Kabupaten Bojonegoro, berhenti produksi. Menyusul naiknya harga kedelai ditambah langkanya minyak goreng di kabupaten ini.
Para perajin tahu mengaku, mahalnya harga kedelai sudah menjadi pukulan berat bagi para perajin tahu. Kondisi itu diperparah dengan mahal dan langkanya minyak goreng dalam dua pekan terakhir ini. Mereka menyatakan, harus mencari akal agar tetap berproduksi.
”Ya, sebagian perajin tahu di sini berhenti produksi,” ujar Handayani, perajin tahu di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota Bojonegoro pada Ngopibareng.id, Sabtu 19 Februari 2022.
Handayani mengatakan, biasanya dalam sehari, memproduksi sekitar 50 kilogram kedelai. Tetapi karena harga kedelai naik, ditambah minyak goreng langka, terpaksa produksinya dikurangi dengan hanya 25 kilogram per harinya. Sebab, untuk menggoreng tahu, minyaknya mahal dan pembelian dibatasi.
”Ya, kita kurangi produksi tahunya,” tegasnya.
Sekarang ini, harga kedelai di Bojonegoro di kisaran Rp11 ribu per kilogramnya. Harga itu melonjak dari sebelumnya Rp 9.500 per kilogramnya. Dengan kenaikan hingga Rp 1.500 per kilonya membuat beban perajin tahu dan tempe. Kondisi itu diperparah dengan naiknya harga minyak goreng hingga 60 persen lebih.
“Jadi, keuntungan dari kami perajin mepet sekali,” tandas Handayani.
Sebagai catatan di Bojonegoro perajin tahu dan tempe terkonsentrasi di beberapa tempat. Misalnya di Kecamatan Kota Bojonegoro terpusat di Kelurahan Ledok Kulon yang jumlahnya mencapai 300 orang. Ada juga di Kecamatan Padangan terutama berada di Desa Kuncen jumlahnya sekitar dua orang. Sebagian besar, perajin tahu, setelah dibuat tahu, kemudian digoreng. Kebutuhan kedelai di dua tempat itu antara 8 ton hingga 10 ton per harinya.
Menurut Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Ledok Kulon, Sumarsono, kondisi para perajin sekarang ini prihatin. Terutama karena harga kedelai mahal ditambah minyak goreng langka dan mahal. Dia menyebut, akibat kondisi itu, beberapa perajin terpaksa tak berproduksi. Atau kalau produksi harus menunggu ketersediaan minyak goreng.
”Kalau gak ada minyak goreng terpaksa tak produksi,” tegasnya pada Ngopibareng.id di rumahnya Sabtu, 19 Februari 2022.
Dengan naiknya dua bahan baku tahu itu, membuat biaya produksinya membengkak. Dia mencontohkan, untuk biaya produksi tahu dengan bahan satu kuintal kedelai, tenaga, minyak goreng, kayu bakar, juga plastik, sekitar Rp 2,2 juta. Sedangkan hasilnya tak jauh dari biaya produksi itu.
”Jadi untungnya mepet," imbuhnya.
Dia menyebut, perajin tahu dan tempe di Ledok Kulon, hanya lebih banyak bertahan.
Soal langkanya minyak goreng dan kedelai, pengurus Paguyuban Perajin Tahu Tempe Ledok Kulon sudah berkirim ke Pemerintah Kabupaten Bojonegoro lewat Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro. Isinya minta pemerintah untuk membantu agar harga kedelai bisa turun atau maksimal di bawah Rp 10.000.
”Tapi, hingga kini belum realisasi,” tandasnya.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro, Sukemi belum menjawab telepon maupun pesan lewat WhatsApp dari Ngopibareng.id.
Advertisement