Permainan 'Bongkar Pasang' Miniatur Rumah Adat
Miniatur rumah adat biasanya hanya jadi pajangan. Tapi di tangan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya), Brian Kurniawan Jaya, miniatur itu diubah seperti permainan bongkar pasang yang diberi nama 'NEKA'.
Permaianan 3D ini terdiri dari mainan rumah adat dan figur boneka dari tiga provinsi di Indonesia yaitu, Sumatra Barat, Bali, dan Toraja, Sulawesi Selatan.
Pemilihan membuat mainan dari ketiga provinsi tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Brian, pemilihan ketiga provinsi ini merupakan hasil riset di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Bali.
"Ketiga provinsi ini yang paling disukai, lalu saya juga melakukan riset enam bulan pengunjung dengan 30 responden dan provinsi Sumatra Barat polingnya tertinggi, lalu bali dan Sumatra Selatan," ujar Brian saat presentasi permainan buatannya di Kampus Tenggilis Surabaya, Kamis 21 Maret 2019.
Nama NEKA sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang berarti macam. Selain itu NEKA juga diambil dari kata Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbagai macam tetap satu juga.
Konsep permainan ini hampir sama dengan lego yaitu bongkar pasang, hanya ukuranya saja yang lebih besar. "Permainan ini bisa dibilang legonya Indonesia lah," ujarnya.
Permainan ini bisa dilakukan anak-anak dan orang dewasa untuk melatih motorik halusnya. "Permaianan ini dilengkapi buku panduan untuk merakit bangunan miniatur, untuk anak-anak juga bisa melatih motorik halus asalkan didampingi orangtua," jelasnya.
Brian mengaku kesulitan dalam membuat permainan NEKA di tahap 3D Modeling (design miniatur) menggunakan aplikasi dan menentukan skala ukuran yang tepat. Pasalnya, ukuran setiap miniatur berbeda-beda. Untuk miniatur NEKA dari Sumatra Barat memiliki dimensi ukuran 100 cm x 67 cm x 62 cm. Miniatur NEKA dari Bali memiliki ukuran 104 cm x 74 cm x 28 cm, lalu miniatur NEKA Toraja dengan dimensi ukuran 94 cm x 44 cm x 73 cm.
Lebih lanjut, Brian menuturkan nantinya ia ingin mengembangkan permainan ini dengan ukuran lebih kecil seperti ukuran pada umumnya dan juga akan memasarkan hasil karyai ini pada para pecinta miniatur di Indonesia.
"Rencananya akan dipasarkan ke komunitas-komunitas pecinta miniatur dengan harga Rp. 3,5 juta per setnya lengkap dengan boneka yang memakai baju adat daerah setempat," kata Brian.
Untuk bahan baku permainan NEKA, Brain menggunakan dua jenis kayu. Kayu minus untuk boneka, sedangkan kayu jenis multiplex untuk keseluruhan bangunan.
Sementara itu, Guguh Sujatmiko, S. T., M.Ds. selaku dosen pembimbing Brain, mengapresiasi hasil karya anak didinya sebagai bentuk pelestarian budaya Indonesia.
"Selain memiliki nilai jual, karya ini juga membuktikan masih ada anak muda yang peduli dengat budaya. Semoga semakin banyak anak muda seperti Brain yang mau melestarikan budaya nenek moyang secara turun temurun," tuturnya. (pita)