Mimpi SBY Paling Buruk
Surabaya: Sehari menjelang Pilkada DKI, mantan Ketua KPK Antasari Azhar mendatangi Bareskkrim Polri. Dia melaporkan kasus yang menimpa dirinya sehingga dipenjara dengan tuduhan mendalangi pembunuhan Direktur PT Rajawali Putra Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen tahun 2009.
“Pak SBY harus jujur, beliau memerintahkan siapa untuk berbuat apa. Beliau harus jujur,” katanya kepada wartawan. Apa yang dijelaskan kepada wartawan usai melaporkan kasusnya ke Bareskrim, tentu beda dengan yang diceritakan kepada penyidik di dalam.
Bisa saja di dalam dia lebih berani mengatakan apa yang ia anggap benar, misalnya Pak SBY lah yang merekayasa agar saya ditutuh sebagai dalang pembunuhan Nasrudin. Atau, malah mungkin dia mengatakan bahwa sebenarnya yang mendalangi pembunuhan Nasrudin adalah Pak SBY sendiri. Bisa saja dia mengatakan itu kepada penyidik.
Antasari kemudian mengaitkan itu dengan penahanan yang dilakukan KPK terhadap besan SBY, Aulia Pohan, yang tak lain adalah mertua Agus Harimurti Yudhoyono. Aulia Pohan yang ketika itu menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia ditahan dan kemudian diadili KPK karena ditutuh korupsi dana Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) senilai Rp 100 miliar. Aulia Pohan kemudian divonis 3 tahun penjara.
Sebagai presiden, SBY berusaha membebaskan besannya. Kata Antasari kepada wartawan di Bareskrim hari Selasa (14/2), Cikeas mengutus Hary Tanoe menemui saya agar saya membebaskan Aulia Pohan. "Tapi saya tolak," katanya.
“Hary Tanoesudibjo datang malam-malam ke rumah saya. Beliau diutus oleh Cikeas dan meminta agar saya tidak menahan Aulia Pohan. Dia mengatakan menemui saya ketika itu karena diperintah SBY. Jika permintaan Cikeas tersebut tak dipenuhi, bisa berdampak kepada keselamatan saya. Tapi saya tetap menolak permintaan Cikeas. Saya katakan tidak bisa. KPK ini sudah ada standar operasional prosedurnya. Kalau sudah tersangka maka harus ditahan,” kata Antasari kepada wartawan.
Kedatangan Antasari Azhar ke Bareskrim dan melaporkan kasusnya dan kemudian memberi penjelasan kepada wartawan, tentu akan berdampak besar kepada mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan tentu ini juga berdampak pada putra sulungnya, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono yang besok ikut Pilkada DKI dengan mendapat nomor urut 1.
Tetapi apakah kedatangan Antasari ke Bareskrim sehari menjelang coblosan ini adalah bagian dari strategi lawannya untuk memenangkan Pilkada? Mungkin saja, adakah yang bersih dalam politik? Masyarakat menunggu apa yang akan dikatakan SBY, karena serangan Antasari ini akan menjadi tudingan yang amat sangat serius dan menjadi mimpi paling buruk bagi SBY. Pilkada DKI dan pemenangan anaknya adalah kecil, dibanding tudingan Antasari ini. (nus)